Konselling & Psikoterapi


 

By : Prof.Dr. Singgih D. Gunarsa

  1. PENDAHULUAN

Konseling sebagai profesi kenyataannya berkembang luas di Amerika,lebih dari pada negara-negara lain di dunia. Lingkungan hidup dengan corak kehidupan masyarakatnya, memungkinkan kegiatan konseling mendapat tempat yang baik. Meskipun tidak tercatat kapan dimulainya kegiatan seperti ini, namun sejarah mencatat nama Jesse B. Davis. Kegiatannya yang bermula dari masalah-masalah pendidikan dan kesesuaian  dengan  pekerjaan atau jabatan yang akan diambil berkembang menjadi masalah-masalah yang berhubungan dengan bimbingan dan pembinaan moral.  Kemudian berkembang menjadi bimbingan pribadi yang berhubungan dengan segi karakterologis dan keprobadian seseorang.

Dalam melakukan bimbingan dan penasihatan pada waktu itu didukung oleh berkembangnya alat-alat pendukung kegiatan ini. Alat-alat pendukung ini mendapat perhatian khusus dari pemeritah. Kegiatan konseling pada hakkatnya banyak dilakukan dimana-man baik secara resmi maupun tidak resmi seperti rasa ingin membantu seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin melepas kan diri dari hubungannya dengan manusia lain. Manjadikan selau adanya hubungan timbal balik.

  •  ILMU LAIN YANG MENDASARI KONSELING

Dilihat dari sudut ini, hakikat dan falsafah tujuna konseling adalah membantu seseorang agar mencapai prestasi, hasil dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal.dalam kenyataannya tidak mungkin menghindari bahwa dalam proses konseling yang antara lain bertujuan mengubah sistem nilai yang ada pada klien, namun dasarnya harus tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yanng dimiliki klien. Inilah dasar munculnya konsep mengenai individualism, konsep yang mengakui adanya keunikan yang dimiliki setiap individu dan yang memiliki hak untuk mementukan perkembangan dan perubahan sesuai denga kondisi khusus pribadinya.Tiga kelompok sistem falsafah yang mendasari konseling :

  1. Esensialism
  2. Progresivism
  3. Eksistensialism

Tinjauan dari sudut sosiologi dan budaya. Kegiatan konseling yang menghadapi berbagai corak pribadi dengan gambaran kepribadiannya, harus mempertimbangan kan pengaruh proses-proses sosialisasi yang dialami dan berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertemtu. Tidak hanya berlaku faktor tunggal melaikan faktor majemuk yang ada dalam unit sosial yang memberikan corak tertentu dalam organisasi, struktur maupun kontrol sosial terhadap pribadi maupun kelompok yang ada didalamnya.

  • PENGERTIAN, PERUMUSAN DAN TUJUAN KONSELING

Dilihat dari sejarahnya, konseling berkaitan erat dengan pemberian nasihat . suatu keinginan untuk membantu orang lain dengan memberikan nasihat, namun pada kenyataannya tidak sesederhana itu.

Menurut Rogers : suatu hubungan yang bebas dan berstruktur yang membiarkan klien memperoleh pengertian sendiri yag membimbingnya untuk menentukan langkah-;angkah positif ke arah orientasi baru.

Konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara perseorangan, meskipun kadang kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal ini dirancangkan untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar tujuan yang ditentukan sendiri melalui sesuatu yang bermakna, penilaian yang jelas dan melalui perumusan persoalan tentang emosi dan hubungan interpersonal yang sebenarnya.

Tujuan konseling  :

  1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan prilaku
  2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
  3. Meningkatkan kemapuan dalam menentukan keputusan
  4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
  5.  Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien
  •  Karakteristik Konseling
  1. Konseling sebagail kegiatan bantuan
  2. Bantuan non profesional
  3. Bantuan sesaat
  4. Bantuan yang mendasarkan pada belas kasihan dan kasih sayang
  5. Bantuan materi
  6. Bantuan tenaga
  7. Bantuan moril
  8. Bantuan nasihat
  9. Bantuan profesional

Bantuan ini diberikan karena seseorang merasakan dan dalam kenyataannya memang membutuhkan bantuan dari orang lain, karena tidak bisa atau tidak berdaya mengatasinya sendiri. Menurut Shertzer dan Stone (1974) mengemukakan bahwa konseling adalah usaha melalui hubungan denga orang lain, mengambil bagian dalam menyediakn fasilitas atau jalan yang positif untuk kemajuannya. Lima hal pada konseling sebgai bantuan profesional

  1. Memakai dasar bahwa perilaku ada sebabnya dan bisa dimodifikasi
  2. Mengambil bagian dari tujuan bantuan agar membantu klien menjadi lebih efektif dan psikis terintegrasi dengan baik
  3. Mempergunakan hubungan dalam rangka bantuan sebagai alat permulaan untuk memberikan bantuan
  4. Menitik beratkan pentingnya pencegahan
  5. Telah memperoleh latihan dan pengalaman profesional
  • Konseling sebagai perubahan perilaku

    Bagi seseorang yang karena sesuatu sedang menghadapi masalah atau ia sedang terhambat sebagian dari kepribadiaannya, mendorongnya untuk mengikuti penanganan dari ahli kompeten dengan teknik konseling. Perubahan diharapkan terjadi pada konstelasi kepribadiaanya secara menyeluruh. Melakukan perubahan memerlukan pengetahuan khusus yang kaitannya luas sekali, antara lain pengetahuan mengenai dasar dan proses pendidikan dan pengembangan.

  • Pengaruh kondisi lingkungan hidup klien

    Banyak masalah yang timbul karena ada sumbernya yang mempengaruhi yang terdapat pada lingkungan hidup seseorang. Melalui perubahan lingkungan hidup kearah lingkungan hidup yang diharapkan bisa berfungsi positif, sebagian dari kepribadian sebagian dari kepribadian seseorang juga diharapkan bisa berubah.

  • Pembatasan pada klien dalam konseling

    Konseling diberikan seseorang yang memerlukan bantuan karena klien sedang menghadapi sesuatu persoalan. Terciptanya hubungan antara konselor dengan klien yang kadang-kadang bisa berlangsung lama, mudah tercipta keinginan pada klien unutk terus menerus bergantung pada konselor atau terapisnya. Padahal justru harus terjadi sebaliknya, yakni pada akhirnya klien harus menemukan sesuatu ataumengembangkan dirinya agar mampu berdiri sendiri. Memahami batas-batas mana yang boleh dilakukan atau yang tidak perlu dilakukan adalah sesuatu yang diharapkan dan terbentuk sedikit demi sedikit melalui kualitas dan kuantitas hubungan yang direncanakan konselor.

  • Wawancara dalam konseling

    Melakukan wawancara mebutuhkan keterampilan tersendiri dan tentunya juga pegalaman prktis disamping menyukai profesinya.

Lima tahapan struktur wawancara :

  • Rapport
  • Pengumpulan data
  • Menentukan hasil sesuai dengan arah kemana klien inginkan
  • Mengemukakan macam-macam alternatif penyelesaian masalah
  • Generalisasi den pengalihan proses belajar
  • Konselor Dalam Konseling Sebagai Pendengar

    aktifitas sebagai pendengar dalam konseling tergantung dari teknik apa yang dipakai. Konselor sebagai pendengar yang baik sering harus memakai seni tersendiri untuk mempu mendengarkan, sehingga muncul suatu istilah “ the art of listening”. Betapa pentingnya kemampuan bertindak sebagai pendengar yag baik dalam proses konseling. Selama konselor mendengarkan klien, selama itu konselor bisa melakukan penilaian, melakukan pengamatan terhadap perilaku dan perubahannya.

  • Konselor Memahami Klien

    memahami klien diartikan mengerti secara lebih baik, lebih terperinci mengenai keadaan klien dan latar belakangnya. Dalam pendekatan dengan teknik psikodinamik , dibutuhkan keterangan yang cukup lengkap dari klien agar konselor memahami lebih dalam mengenai”mengapa”nya sesuatugejala muncul atau persoalan yang tidak bisa diatasi.

  • Kerahasiaan Dakam Konseling

    Masalah seseorang adalah masalah yang sangat pribadi, masalah yang kadanga-kadang sulit untuk diungkapkan. Karena itu konseling menangani masalah pada diri seseorang, jadi bersifat pribadi, rahasia san tidak ingin dikatahui orang lain selain konselor yang dipercaya akan bisa membantu. Kegiatan konseling yang pada dasarnya bersifat pribadi dan berhubungan langsung denga kliennya dengan segala macam persoalan dan nilai-nilai yangdianutnya serta harga diri dan martabatnya yang menghendaki perlakuan sesuai dengan norma yang ada, karena itu diatur dengan kode etik sebagai pegangan untuk melakukan kegiatan ini.

  • Komunikasi Nonverbal Dalam Konseling

Dalam kegiatan konseling, konselor berhadapan dan bertatap muka dengan klien secara langsung dan kegiatan selanjutnya tergantung bagaimana corak dan komunikasi tercipta. Ada komunikasi dalam bentuk lain yaitu, komunikasu non verbal yang memegang peran penting dalam melakukan kegiatan konseling. Pada mulamya disangka bahwa konseling hanya terjadi komunikasi verbal, tetapi dengan dipakainya film atau viseo untuk latihan wawancara, ternyata komunikasi nonverbal menjadi dasar penting dalam setiap kali melakukan wawancara maupun konseling. Kategori dalam komunkasi non verbal :

  1. perilaku komunikasi non verbal dengan menggunakan waktu
  2. perilaku komunikasi nonverbal dengan menggunakan badan
  3. perilaku komunikasi nonverbal dengan menggunakan nada suara
  4. perilaku komunikasi non verbal dengan mempergunakan lingkungan
  1. Konselor Sebagai Pribadi

Di dalam kegiatan konseling, seseorang konselor berhadapan dengan orang lain dalam hal ini berststus klien, dua pribadi yag saling bertatap muka, maka terjadi interaksi yang melibatkan faktor-faktor kognitif maupun afektif.  Yang seseorang ingin memberikan sesuatu dan seseorang yang ingin memperoleh sesuatu. Dalam memberikan ataupun menerima, keduanya sangat besar dipengaruhi oleh konstelasi kepribadiannya masing-masing. Mengenai pentingnya menyenangi orang lain agar tujuan membantu orang lain berhasil dengan baik dan efektif. Ciri-ciri konselor yang lefektif dan mengemukakannya sebgai berikut :

  1. Konselor yang efektif membukakan diri dan menerima pengalaman pribadi
  2. Konselor yang efektif menyadari akan nilai dan pendapatnya sendiri
  3. Konselor yang efektif bisa membina hubungan hangat dan mendalam dengan orang lain
  4. Konselor yang efektif bisa membiarkan diri sendiri dilihat orang lain sebagaiman adanya
  5. Konselor yang efektif menerima tanggung jawab pribadi daripribadinya sendiri
  6. Konselor yang efektif mengembangkan tingkatan aspirasi yang realistic
  1. Empati

Untuk memahami empati bisa diperoleh dari beberapa pendekatan atau dalam perannnya dalam hubungan antar pribadi., disamping perannya dalam kegiatan untuk mempengaruhi dan mengubah orang lain melalui konseling atau psikoterapi yang sifatnya banyak berorientasi pada klinis. Bagi para konselor atau psokologklinis yang banyak terpengaruh oleh pandangan falsafah mengenai manusia, kamanusiaan dan hakikat-hakikatnya, akan bersikap berhati-hati dan ragu-ragu mempergunakan terminologi empati. Ada 2 tipe empati :empati primer dan empati lanjutan

  • KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Psikoterapi dirumuskan sebgai sesuatu bentuk perawatan terhadap masalah yang timbul yang asalnya dari faktor emosi pada mana seseorang yang terlatih dengan terencana mengadakan hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, memgubah sesuatu simtom dan mencegah agar simtom tidak muncul pada seseorang yang terganggu pada pola prilakunya, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara lebih positif. Ciri psikoanalisis    :

  1. Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama
  2. Melibatkan seorang yang terlatih
  3. Adanya ketidakpuasan pada diri klien tentang sesuatu yang emosional atau penyesuaian diri
  4. Pemakaian metode psikologi
  5. Aktivitas yang mendasarkan pada teori tentang kelainan mental
  6. Melalui hubungan yang dilakukan, bertujuan memperbaiki ketidak puasannya terhadap diri sendiri.

Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian. Sedangkan konseling merupakan proses yang lebih intensif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif. Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti “ educational, vocational, supportive, situational, problem solving, consciuos awareness,nornal, present-time and short term”

Psikoterapi ditandai dengan “supportive,reconstructive, depth emphasis, enalytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problem and long term”

  • PELAKSANAAN KONSELING
  • Tempat konseling.

Pada kenyataannya tempat dengan kondisi tertentu anakan mempengaruhi suasana tertentu pula dan lebih lanjut suasana akan mempengaruhi kehidupan dan fungsi personalitas psikis seseorang, termasuk pada konselor dan kliennya.

  • Proses konseling.
  • Penentuan tujuan konseling
  • Perumusan konseling
  • Pemahaman kebutuhan klien
  • Penjajagan berbagai alternatif
  • Perencaan suatu tindakan
  • Penghentian masa konseling
  • TEKNIK KONSELING

Macam-macam teknik konseling bermunculan, seiring dengan perkembangan daalm ilmu pengetahuan dan terknologi yang selalu berubah untuk mencari dan memperoleh sesuatu yang baru.dari sejumlahl teknik konseling, didahului oleh tiga teknil konseling secara umum

  1. Pendekatan langsung

     Merupakan pendekatan terpusat pada konselor untuk menunjukan bahwa dalam interaksi ini, konselor lebih bnayak berperan untuk menentukan sesuatu. Pada dasarnya dari konseling yang berpusat pada konselor ialah bahwa pada hakikatnya seseorang harus membuat banyak dan bermacam-macam keputusan yang sering kali membutukan kecakapan dan keterampilan yang harus dimiliki atau cukup dialami, namun ia tidak memiliki kesempatan untuk mengalaminya. Pendekatan dengan teknik langsung yang khusus dipergunakan dalam teknik psikoterapi, juga sudah dikemukakan beberapa puluh tahun yang lalu.  Dalam mempergunakan teknik ini perlu memperhatikan adanya rentanga tingakatan dari yang sepenuhnya terpusat pada terapis sampai disis lain yang terpusat pada pasien.

  • Pendekatan tidak langsung

Sejak psikologis muncul sebagai ilmu yang otonom, sejajar dengan ilmu-ilmu lain yang diawali oleh berdiriya laboratorium psikologi. Salah satu revolusi dalam dunia psikologi, khususnya dalam bidang psikologi klinis, konseling dan psikoterapi adalah pendekatan tidak langsung.

  • Pendekatan eklektik

Eklektik adalah terminologi dalam konseling tau psikoterapi yang memilih teori yang baik atau berguna dari macam-macam teori, metode dan pengalaman-pengalaman praktik, untuk digunakan bersama-sama dalam memahami klien. Munculnya pendekatan eklektik karena beberapa aslasan anatara lain lemahnya penggunaan metode tunggal, yang kenyataannya tidak mudah untuk diterapkan kepada semua orang. Padahal, kehidupan dan keberadaannya, bahkan persoalan pada setiap ornag berbeda-beda. Kemudian adanya kenyataan bahwa tidak mungkin diharapkan para konselor sama terampil dan berpengalamannya pada semua metode pendekatan yang dikuasai, apalagi para konselir tidak mungkin terhindar dari minat, kesukaan dan gaya yang disenangi, yang mau tidak mau akan terpengaruh besar sekali oleh suatu teori atau pendekatan yang paling dikuasai.  

  • PANDANGAN UMUM MENGENAI PSIKOTERAPI
  • Sejarah perkembangan psikoterapi

     Pada awal abad ke 19 muncul latihan penguasaan diri sebagai teknik perubahan perilaku, jadi sebagai teknik psikoterapi. Suatu teknik yang juga dipakai sebagai dasar untuk merawat penderita penyakit “ mania”  Benjamin Rush yang juga sebagai pelopor perubahan pendekatan dengan dasar kemanusiaan dalam menghadapi penderita sakit jiwa. Dipelopori dengan pendekatan kemanusiaan inilah muncul teknik hipnosis dan sugesti. Pada abad ke 19 teknik ini diperbaharui dan orientasinya menjadi lebih jelas, yakni gangguan kejiwaan antara lain dilatarbelakangi oleh faktor psikologis.

  • Pandangan tentang manusia sebagai paham dasar pada psikoterapi

    Psikoterapi bertitik tolak dari suatu paham bahwa manusia pada hakikatnya bisa dan mungkin untuk dipengaruhi dan diubah melalui intervensi psikologi yang dilakukan dan direncanakan oleh ornag lain. Kelompok psikoanalaisis memandang manusia sebagai homo volens dengan berbagai dorongan dan keinginan.Kelompok eksistensialism-humanism yang memandang manusia sebagai homo ludens sebagai pelaku aktif dan punya kemampuan yang perlu digali.Kelompok behaviorism memandang manusia sebagai homo mechanicus Kelompok kognitif yang memandang manusia sebagai makhluk yang berfikir.

  • Pengertian perumusan dan tujuan psikoterapi

    Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat ssecara estimologis mempunyai arti yang sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu mind atau sederhananya jiwa dan “ therapy” yang berarti merawat. Dengan demikian perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi disadari

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan rogerian, terpusat pada pribadi adalah untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajardan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau ideal.

  1.  PENDEKATAN PSIKO ANALITIK
  1. Sigmund Freud (1856-1939)

    Sigmund freud dilahirkan pada tanggal 6 mei 1856 di Freiberg dan meninggsl pada 23 september 1939 di London. Pada umur 17 tahun lulus dam dan kemudan melanjutkan study di fakultas kedokteran di universitas Wina. Pada tahun 1884, bekerja di bagian berhubungann dengan kelainan kejiwaan kemudain merangkap menjadi dosen dalam bidang penyakit syaraf. Pada tahun 1885, mendapat beasiswa untuk mempelajari mengenai hipnosis. Pada 1896, muncul istilah psikoanalisis yang mendasar pada pernyataan bahwa dengan psikoanalisis dilakukan “upaya untuk mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis.”Dalam melakukan kegiatan psikoanalisis, freud tidak melakukan teknik hipnosis dan menggunakan teknik asosiasi bebas, dengan alasan beberapa pasiennya tidak bisa disembuhkan dengan teknik hipnotis.Karya sigmund freud:

  • Studies On Hysteria
  • The Psychopathology Of Dream
  • Three Essays On The Theory Of Sexuality
  • On Narcissism
  • Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari pertemuan-pertemuan Freud dan yang menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.

Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya denga ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil.

  • PENDEKATAN AFEKTIF

Pendekatan afektif adalah pendekatan untuk melakukan perubahan terhadap cara pasien merasakan diri sendiri. Kehidupan perasaan menjdari pusat perhatian pada pendekatan ini. Sebgaimana diketahui, perubahan perilaku yang dikehendaki pada suatu terapi bisa dilakukan dengan pendekatan melalui 3 kelompok pendekatan, yakni : sfektif, behafioristik dan kognitif. Pendekatan afektif banyak dipengaruhi oleh pendekatan eksistensialistik-humanistik, sehingga kelompok pendekatan ini juga sering disebut sebgai kelompok atau gerakan yang menitik beratkan kemanusiaan dan hakikat kemampuannyayang diliki seseorang yang perlu berkembang dengan dikembangkan.

            Penemu dan pendirinya adalah Friedrich solomon perls, dengan teorinya yaitu terapi Gesalt. Perls memandang manusia dalam keterlibatannya untuk mencapai keseimbangan, bilamana kehiduoannya tertanggu oleh kebutuhan-kebutuhan dari dunia dalam dan tuntutan-tuntutan dari dunia luar. Tujuan terapi gesalt adalah agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupannya, kemudian untuk membantu pasien mencapaian penyadaran pada setiap saat penyadaran-penyadarannya.

  • PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Pendekatan behavioristik atau terapi perilaku adalah salah satu dari beberwapa revolusi dalam dunia psikologi, khususnya psikoterapi. Munculnya aliran ini berasal dari orientasi pemikiran filasafat dari zaman dahulu. Menurut franks ada tiga hal yang sangat berpengaruh terhadap munculnya terpi perilaku :

  1. Hasil penelitian dan tulisan dali I.P. Pavlov mengenai percobaan-percobaan dan hasilnya yang telah dilakukan dengan mempergunakan hewan percobaan yang sekarang dikenla dengan kondisioning-klasik.
  2. Hasil penelitian dan tulisan E.L Thorndike mengenai hasil proses belajar dengan hadiah yang menghasilkan efek dan yang dikenal dengan kondisioning aktif dan perilaku instrumental
  3. Hasil penelitian dan tulisan dari J.B Watson dengan rekan-rekannya. Dikenal dengan percobaan klasik mengenai kondisioning operan.
  • PENDEKATAN KOGNITIF

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur , aktif direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan kepribadian, misalnya, ansietas atau depresi. Terapi behavioristik ini berdasarkan pada tiga dasar pokok yaitu:

  1. Aktifitas kognitif mempengaruhi perilaku
  2. Aktifitas kognitif dapat dipantau dan diubah
  3. Aperubahan perilaku yang dikehendaki dapat dilakukan melalui perubahan kognitif
  •  PSIKOTERAPI JANGKA PENDEK

Dalam usaha menguraikan psikoterapi jangka pendek atau psikoterapi singkat bermula dari reaksi terhadap psikoanalisis. Sejak awalnya psikoanalisis sebernarnya dilakukan secara waktu pendek.

Karakteristik :

  1. Penggunaan waktu
  2. Tujuan dibatasi
  3. Mempertahankan perhatian terhadap intinya
  4. Terapis bertindak aktif
  5. Penilaian dilakukan singkat dan cepat
  6. Penggunaan pendekatan eklektik
  7. Pasien yang cocok

Pelaksanaan

  1. Mendengarkan
  2. Refleksi
  3. Saran
  4. Penjelasan dan penilaian
  5. Memberikan keterangan
  6. Konfrontasi
  7. Memupuk keyakinan
  8. Tugas
  9. Model dan bermain peran
  10. Mengajukan pertanyaan
  11. Membuka diri
  • KESIMPULAN  

Buku yang di tulis oleh bapak prof singgih ini di pergunakan untuk perkuliahan jurusan psikologi pada tahun 2010, untuk penggunaan buku ini sendiri dalam pembelajaran isinya cukup lengkap. Cara untuk menjelaskan pengertian secara detail dan mudah dipahami. Kertas yang digunakan dan warnanya cukup nyaman dimata pembaca. kekurang buku ini menurut saya pribadi terletak di pembagian materinya. Jarak spasi yang terlalu dekat dan penulisan poin-poin yang tidak terlalu jelas, sehingga membuat agak kesulitan untuk membacanya. Ukuran tulisannya juga terlalu kecil, untuk pembaca yang memiliki kekurang pada matanya, agak sulit untuk membacanya.

Sumber :

Prof.Dr.Singgih D. Gunarsa,  Konseling dan Psikoterapi, PT. BPK Gunung Mulia,  Jakarta, Cet 4. Ttahun 2001

Lowongan dosen


Lihat Tweet @loker_JKT48: https://twitter.com/loker_JKT48/status/732804300976586753?s=09

Dream Book


Rencana Buka Usaha

“Buatlah rencana hidupmu sendiri, atau seumur hidup akan menjadi bagian dari rencana orang lain”.

Kebanyakan orang yang memiliki keinginan atau angan-angan untuk membuka usaha hanyalah sebatas khayalan yang tidak pernah diwujudkan dengan alasan takut rugi, takut bangkrut, dll. Padahal mereka belum pernah untuk mencoba nya hanya berdasarkan dari cerita orang lain saja yang sering mengalami kerugian atau kebangkrutan karena sepi pelanggan atau bahkan tidak menutup modal.

Justru kesalahan yang dialami orang lain bisa dijadikan peluang dan pelajaran untuk kita yang baru saja ingin memulai usaha nya. Sesuatu bisa gagal karena pasti ada yang salah atau harus ada yang diperbaiki.

Selain itu alasan lain belum mencoba membuka usaha adalah karena mereka gengsi untuk membuka usaha dari yang kecil-kecilan terlebih dahulu padahal usaha yang sering kita anggap recehan sperti orang berdagang makanan seperti bakso, nasi goreng, dan makanan pinggiran jalan lainnya pendapatan mereka bisa jadi lebih besar dar pada seorang pegawai kantoran.

“Kalo mau BESAR berpikirlah yang BESAR”
Cobalah membuka DREAM BOOK anda atau bahkan jika anda tidak pernah menulis impian impian anda belum terlambat untuk anda catat sekarang juga apa impian impian anda dengan segala spesifikasinya didalam dream book anda.

“Karena orang SUKSES selalu mencatat apa yang dia impikan untuk dapat diwujudkan”.

Impian dan keinginan yang besar akan menumbuhkan gairah baru dalam dirinya (Rangga Umara) karena dibuatnya dengan hati, apa yang dibuatnya jadi seperti RUH-nya. Seperti yang dikatakan Stephen Convey, “Mulailah dari yang akhir”.

Berfikirlah akhirnya anda akan sukses dengan usaha kecil-kecilan anda, mendapatkan omzet yang besar dan banyak memiliki pelanggan setia. Karena anda apa yang anda fikirkan. Ubahlah mindset dalam diri anda sehingga anda akan mampu untuk membuka usaha seperti apa yang anda impikan.

Persiapan Buka Usaha

“Kalau tidak BERUBAH, saya akan KALAH.”
-Kotaro Minami-

Akhirnya si penulis buku DREAM BOOK ini, Rangga Umara. Seorang karyawan di salah satu perusahaan yang merasa dirinya berpenghasilan pas-pasan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga bahkan untuk menabung saja hanya sekedar recehan uang logam. Dia mulai merubah fikiran nya dan dia kembali teringat akan Dream Book nya yang pernah ia tulis beberapa waktu tahun silam meski sempat terlupakan akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari zona aman sebagai seorang karyawan kantoran.

Dia banyak belajar dari teman-teman nya yang berpengalaman. Sehingga dia tahu persis apa yang dipersiapkan untuk membuka usaha yang akhirnya dia jatuhkan pada usaha Pecel Lele. Karena dia mencari informasi bahwa usaha tersebut omzet nya mencapai puluhan juta rupiah dan belum memiliki spesialis restoran yang membuka usaha pecel lele tersebut.

  • Penentuan Bidang Usaha : Kuliner
  • Spesialisasi : Pecel Lele
  • Nama (Brand) : Pecel Lele Lela
  • Logo : mengikuti brand starbuck dengan lingkaran hijau yang sudah melekat oleh masyarakat luas namun gambar ditengah diganti dengan gambar Lele yang di design kartun.
  • Brand Story : lela itu sendiri adalah singkatan yang artinya Lebih Laku. Filosofi itu merupakan sebuah do’a dan keinginan.

Mengurus Hak Paten ke Dirjen HAKI.

Jadi pada intinya orang yang hendak mempersiapkan buka usaha selain peralatan fisik,sumber daya manusia dan modal adalah hal-hal yang disebutkan diatas. Terkadang orang lain menganggap hal itu tidak terlalu penting tapi akan penting jika usaha itu menjadi berkembang besar. Usaha kuliner mendunia seperti KFC,Mcd, dan Starbuck adalah berawal dari hal-hal yang telah dirincikan diatas. Kebanyak orang yang membuka usaha lupa akan hak paten sehingga tanpa disadari banyak orang yang berkesempatan mencuri apa yang telah kita miliki. Karena semua berawal dar ide yang brilliant.

Mulailah Berjualan
Setelah nama,logo, brand story, dan Hak paten. Mulailah melakukan tes produk. Cari tahu apa kelebihan dan kelemahan produk kita sebelum dijual. Rangga Umara memaparkan dalam buku ini untuk usahanya.

Kelebihan : lele itu menyehatkan karena mengandung protein dan mineral selain itu dagingnya gurih dan tekstur dagingnya lembu dan tidak terlalu banyak duri. Jadi mudah untuk memakan nya sehingga banyak orang yang menyukai lele.
Kekurangannya : banyak juga orang yang tidak suka lele Karena bentuk fisiknya kepalanya yang menyeramkan seperti ular dan warna nya hitam.

Jika kita sudah mengetahui apa kelebihan dan kekurangan nya sehingga kita bisa membuat analisis nya dengan SWOT. Tonjolkan kelebihan nya lalu poles kekurangan nya. Semua jenis bisnis pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang penting bisa diindetifikasi. Kemudian mulailah bereksperimen dan mempelajari kelebihan dan kekuatan produknya.

“Kebahagiaan sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan, dan kekecewaan , tapi dengan kesabaran , kita segera akan melihat bentuk aslinya”.

Ternyata usaha yang dijalankan oleh si penulis buku ini tidak semulus apa yang dia inginkan. Dalam kondisi dia masih bekerja dikantor, kemudian dia memiliki 3 orang karyawan yang diposisikan sebagai juru masak, pelayan, dan orang yang membantu segala kebutuhan operasional. Sementara itu dia tetap harus menghidupi seorang anak dan istri. Keadaan nya mulai beguncang padahal baru saja dia mulai, promosi sudah sering dia gencarkan tetapi pembeli masih sepi.

Dia berfikir bahwa pasti harus ada yang dikoreksi. Ternyata sepinya pembeli difaktori oleh Lokasi. Lokasi yang tidak terlalu ramai dan tidak didominasi oleh tempat-tempat yang berpotensi memiliki banyak tempat pembeli.

Akhirnya dia mencari lokasi baru. Tanpa harus menutup lokasi sebelumnya. Dia berfikir nilai kali. Dan di cabang yang ke-2 tersebut hasilnya lebih maksimal karena memang lokasinya yang lebih ramai dibanding lokasi cabang pertama namun akhirnya cabang pertama pun mulai banyak diminati oleh warga disekitarnya.

Kendaraan Menjemput Impian
Akhirnya Rangga memutuskan untuk keluar dari kantornya mengingat teguran yang dia dapatkankan karena dia harus mengurusi usahanya dimalam hari sehingga pagi hari ia merasa lelah dan tidak konsen dalam pekerjaan nya. Dia mulai memikirkan untuk memiliki cabang baru. Karena pendapatan bersih rata-rata setiap bulan nya percabang adalah 3juta rupiah. Dia berfikir nilai kali jika dia membuka banyak cabang.

Namun perjalanan karirnya sebagai pengusaha tidak berjalan semulus itu sementara dia sudah tidak berkarir lagi sebagai orang kantoran. Masalah kembali muncul dari si pemilik lokasi cabang ke-2. Orang yang menyewakan tempat, melihat ramai nya pengunjung pecel lela lela di tempat yang dia sewakan kepada rangga tersebut. Menambahkan harga sewa setiap bualan nya. Sehingga keuntungan laba bersih yang diterima rangga semakin berkurang dan berkurang akhirnya.

Dia ingin membuka cabang baru lagi tetapi maslahnya semakin kompleks dan tak semudah saat dia membuka cabnag ke-2. Dia berfikir untuk mengubah strategi . Dia berfikir untuk mencari partner sebagai investor.

“ Tanpa rencana, hidup kita hanya akan disibukkan dengan berpindah dari satu masalah ke masalah yang lain ”

Balada Jatuh bangun

“Jangan takut melakukan kesalahan, yang penting LURUSKAN NIAT lalu PERBAIKI”

Kesalahan demi kesalahan mulai ia perbaiki dan ternyata setelah ditelaah kesalahan nya ada pada KOMUNIKASI. Dalam setiap hubungan, tidak cukup hanya saling MEMAHAMI. Yang terpenting adalah menghindari SALAH MEMAHAMI alias salah paham. Kadang kita selalu ingin sering dimengerti. Kita merasa orang sudah mengerti kita, padahal belum tentu jika tidak ada KOMUNIKASI.

Hal ini terjadi pada kisah si penulis pada chapter sebelumnya diceritakan bahwa dia mengalami masalah yaitu pada saat usaha nya sudah ramai , si pemilik tempat usaha menaikan harga sewa yang semkin tinggi karena dia melihat ramai nya pengunjung. Dan dia dianggap tidak ramah lagi karena setelah usaha berjalan dia tidak pernah bersilaturahmi dengan si pemilik usaha lagi karena terlalu sibuk. Maka disitulah tidak terjadi komunikasi yang baik diantara keduanya.

Sehingga dapat disimpulka, jika kita memiliki sebuah tempat usaha kita juga harus mengenal baik dan ramah terhadap lingkungan disekitar tempat usaha kita sehingga hal tersebut juga memperlanjar usaha kita.

Di chapter ini juga diceritakan keinginan rangga umara untuk membuka cabang baru ke-3 dengan bantuan investor. Dengan bantuan seorang teman nya dia mulai menggarap proposal bisnis usaha untuk diajukan kepada orang yang mau menjadi investor usahanya.

“ Banyak orang cenderung memilih untuk mengganti pekerjaannya, pasangannya, dan teman-temannya. Tapi tidak pernah mempertimbangkan untuk mengubah diri nya sendiri.”

Mengapa Rezeki Mampet?

Pada dasarnya setiap orang selalu mencari ALASAN, dan ALASAN itu ada dua, yaitu ALASAN untuk BERHASIL dan ALASAN untuk GAGAL. Dia pun menyadari selama ini dia hanya belajar dari buku dan serba kata orang.

Dan dalam chapter ini dijelaskan juga beberapa kesalahan yang dia lakukan dalam bisnis nya yaitu mementingkan seluruh kebutuhan usahanya disbanding kebutuhan keluarga nya yang selama dia menjalankan usaha selalu mendapat hasil sisa, dan dalam segi usaha dia sendiri ada dua kesalahan yang cukup fatal.

Membuka cabang yang letaknya terlalu jauh antar cabangnya, sehingga merusak konsentrasinya. Dalam kondisi single fighter, sulit sekali membagi konsentrasi di dua tempat yang berjauhan apalagi belum memiliki system yang benar.

Dia mempercayakan seluruh prosesnya kepada juru masaknya.dari mulai membeli bahan baku, memasak, dan Sehingga dia tidak bisa mengatur pengeluaran untuk bahan baku.

“ Orang gagal punya banyak ALASAN orang sukses punya banyak UPAYA”

Intropeksi & Memantaskan Diri

“Saya harus belajar system rumah makan sama orang yang punya pengalaman, tidak tergantung lagi sama koki”

Kita harus melakukan evaluasi besar-besaran dalam hidup kita jika kita ingin merubah sesuatu yang salah dalam hidup kita. Dari waktu ke waktu dia terus belajar untuk menjadi lebih baik, dia mulai memantaskan diri dengan impianna, ternyata dia menyadari untuk bisa menggapai impian itu yang dibutuhkan bukan Cuma impian atau hal-hal teknis, tapi dia harus menyelaraskan impian dengan perilakunya, dimulai dari pola piker dan mental yang harus dipantaskan untuk menjadi BESAR sebesar IMPIANNYA.
“ Masih belum apa-apa , tapi tahu pasti sedang menuju kemana “

RAHASIA MEWUJUDKAN IMPIAN
Setiap orang punya kemungkinan yang tak terbatas untuk mewujudkan setiap impian nya, tapi sering kali impian tak pernah terwujud karena dibatasi oleh keraguan serta batasan pemikiran orang itu sendiri.

“ Doa bukan ‘ban serep’ yang dikeluarkan saat dalam masalah, tapi doa adalah ‘roda utama’ yang akan membawa kita sampai ke tujuan”

PENYEBAB IMPIAN MANDUL
Manusia cenderung menginginkan segala sesuatu secara instan. Alasan nya ya apalagi kalo bukan karena ingin mencapai tujuannya dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya. Sayangnya, sering sengkali tidak dilaksanakan dengan cara yang seksama. Kita sering melihat orang yang tidak sukses-sukses juga padahal sudah melakukan upaya atau kesuksesannya tidak bertahan lama. Mengapa demikian?

Karena sering kali kita hanya memikirkan rencana-rencana yang bersifat jangka pendekdan hanya memikirkan keuntungan sesaat, jika merasa hasil pekerjaan kita tidak sesuai apa yang diharapkan, akhirnya cari lagi yang lain, dan begitu seterusnya hingga pada akhirnya kita kehilangan fokus.

Tetapi jika kita memfokuskan pada rencana jangka panjang maka kita akan terkondidikan dalam untuk menyusun setiap langkah dengan langkah lebih seksama dan terencana.
“Pekerjaan yang paling sulit diselesaikan adalah pekerjaan yang tidak pernah dimulai”
Dalam hal ini adalah konteks bisnis. Kita selalu berkeinginan membuka usaha tetapi kita selalu merasakan hal takut gagal. Rasa takut tersebut membuat kita sering kali tidak berani membuka usaha karena terlalu banyak pertimbangan, atau malah kita berhenti melakukan sesuatu pada saat kita menghadapi masalah hanya karena kalo maju terus kita akan jatuh.

“ tidak ada orang gagal yang tidak punya masa depan dan tidak ada orang sukses yang tidak punya masa lalu”

Mencoba adalah tindakan yang penuh keberanian, sebaliknya menunda adalah sebuah tindakan pengecut. Jangan terjebak oleh kata takut sebagai alasan untuk menunda.

BENGKEL IMPIAN

“ Jangan merangkak dalam keraguan, berlarilah dengan keyakinan”

Keyakinan itu bisa menjadi sebuah kekuatan yang bisa membuat seseorang yang tadinya biasa saja bisa menjadi luar biasa. Tapi bila keyakinanya terhambat orang yang plaing berbakat sekalipun bisa jadi gagal , karena lalu ragu-ragu dan tidak memulai action.

4 PONDASI yang kita perlukan dalam membangun bisnis usaha
• AKSI
Tidak pernah ada sukes yang tercipta dalam sebuah tindakan yanpa aksi, kita hanya akan jadi pemimpi. Yang dilakukan hanya berandai-andai tanpa hasil yan nyata. Begitu juga kalau kita menulis dalam dream book tanpa action maka selama nya tidak akan pernah terwuujud.

• LOKASI
Bisa juga diartikan dengan POSISI, kita sering kali mengubah lokasi /posisi kita, dan berdiam di satu tempat dengan alsan sudah nyaman dan terbiasa disana. Malas untuk keluar dari lingkaran dan cenderung akan berharap agar keberuntunganlah yang akan menghampiri kita.

• KONEKSI
Memiliki banyak teman sangat menyenangkan, apalagi teman yang tempat berbagi saat kita berbagi suka tapi jugag berbagi duka. Dan akan lebih menyenangkan jika teman-teman kita juga orang yang bekerja sama dengan kita dan selalu mendukung kita yuntuk sukses.

• MENGETAHUI
Jai pengusaha tidak harus banyak bisa , tapi harus banyak “tahu”. Mau buka restoran tidak harus bisa masak, tapi setidaknya tahu membedakan antara juru masak yang jago dan tidak. Begitu juga ingin membuka salon, memangnya kita harus jadi banci dulu untuk buka salon?
Intinya , semua orang bisa melakukan usaha apa sesuai dengan impiannya, tidak harus ahli dibidang itu. Yang harus dilakukan adalah PERLUAS WAWASAN.

“JURUS MENULIS DREAM BOOK”

  1. Buatlah dream book versi kita sendir. Yang terpenting harus KONSISTEN.
  2. Impian yang ditulis juga bisa digunakan sebgaai afirmasi, memacu diri dan meningkatkan adrenalin.
  3. Dihalaman depan tulis nama kita yang besar.
  4. Dihalaman berikutnya cobalah jujur dengan diri kita sendiri. Tulislah kelebihan dan kekurangan kita
  5. Buatlah catatan tetang apa yang kita impikan untuk diri kita sendiri. Mulailah dari kondidi kita yang dulu jangan langsung ke materi.
  6. Tulislah impian-impian kecil kita untuk yang lebih besar.
  7. Maknai setiap impian dengan sesuatu yang positif.
  8. Teruslah berlatih unutk mewujudkan impian.

Sumber : Rangga Umara, The Magic of Dream Book, Transmedia, Jakarta, 2014.

 

Delapan cara menerbitkan buku


buku5by EDDY ZAGEUS*

Salah satu pertanyaan yang sering dilayangkan kepada saya adalah soal bagaimana membuat self-publishing atau independent publishing. Self-publihsing adalah kegiatan penerbitan karya-karya sendiri. Sementara, independent publishing umumnya adalah sebuah penerbitan mandiri yang dikelola secara independen, yang menerbitkan karya-karya sendiri maupun karya orang lain. Tak jarang, sebuah penerbitan umum yang berkembang semula diawali dari self/independent publishing.

Seperti saya singgung dalam tulisan-tulisan sebelumnya, salah satu tren perbukuan ke depan adalah maraknya pendirian penerbitan mandiri ini. Mengapa? Ya, karena sekarang membuat penerbitan sendiri sudah sedemikian mudahnya. Selain itu, banyak manfaat yang bisa diambil, selain juga potensi bisnisnya yang lumayan. Saya pun mendapati bahwa minat para penulis untuk membuat penerbitan mandiri ternyata cukup lumayan. Klien-klien saya sendiri juga banyak yang berminat dan akhirnya mendirikan penerbitannya sendiri.

Nah, bagi Anda yang ingin mencoba membuat self-publishing atau independent publishing, saya coba memadatkan segala tetek-bengek pembuatan penerbitan mandiri ini ke dalam delapan langkah berikut.

Pertama, siapkan naskah yang siap terbit dan memenuhi kriteria atau anjuran-anjuran sebagaimana saya tulis dalam buku Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller (Gradien, 2005). Naskah siap terbit artinya naskah yang sudah tersunting secara rapi dan lengkap (lihat artikel “Bagaimana Melengkapi dan Mengamankan Naskah Buku?”). Naskah yang sudah rapi dan lengkap akan memudahkan proses penerbitan buku. Sementara, naskah yang tidak lengkap dan rapi bisa sangat merepotkan.

Untuk Anda yang ingin benar-benar mendapatkan manfaat finansial dari ‘petualangan penerbitan’ ini, saya anjurkan supaya benar-benar memilih naskah buku yang berpotensi untuk laku keras. Atau, akan jauh lebih baik lagi bila naskah itu berpotensi menjadi buku best-seller. Apa ciri-cirinya? Saya sudah bahas lengkap dalam artikel-artikel atau buku saya sebelumnya. Kecuali Anda memiliki misi khusus dengan penerbitan naskah tertentu, maka soal laku atau tidak laku memang tidak terlalu memusingkan.

Kedua, siapkan modal yang cukup untuk mencetak dan mempromosikan buku. Perkiraan saya, jika kita bisa efesien sekali dalam proses penerbitan ini, maka dengan modal sekitar Rp15-30 juta kita sudah bisa menerbitkan buku fast book atau buku ukuran 14 x 21 cm dengan rata-rata ketebalan antara 150-200 halaman dan oplah mencapai 3.000 eksemplar. Di sejumlah kota seperti di Yogyakarta, Bandung, Malang, dan Surabaya, kadang dengan modal di bawah Rp10 juta pun bisa jalan dengan jumlah cetak yang lebih sedikit.

Nah, sebagian orang tidak bermasalah dengan modal. Klien-klien saya, terutama yang datang dari lembaga konsultan, perusahaan, atau pembicara publik, biasanya tidak menemui kesulitan soal modal penerbitan. Sementara, bagi sebagian lagi amat bermasalah alias sulit mendapatkan modal. Saya lihat, tak sedikit penulis yang memanfaatkan royalti bukunya untuk memodali dan mengawali penerbitan mandiri mereka. Saya sendiri termasuk yang menempuh jalan ini. Sebagian lain ada yang patungan dengan rekan-rekannya. Prinsipnya, asal ada naskah yang bagus potensi pasarnya, maka modal pasti tidak sulit didapat.

Ketiga, merumuskan nama penerbitan yang menjual. Bagi saya sendiri, ini merupakan satu tahap yang penting dan sangat menarik. Bagaimana tidak? Membuat nama penerbitan layaknya menciptakan sebuah merek produk. Kita menciptakan identitas yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah institusi. Sementara mereknya sendiri bisa saja berkembang dan memiliki ekuitas yang tinggi. Bolehlah kita berandai-andai suatu saat penerbitan yang kita lahirkan ini akan besar dan mapan sebagaimana penerbitan-penerbitan lainnya.

Maka dari itu, sekalipun kita bebas memilih nama penerbitan, saya anjurkan supaya Anda memilih atau menciptakan nama penerbitan yang memiliki makna tertentu, sekaligus punya nilai jual. Ketika saya melahirkan Bornrich Publishing, maka bayangan saya adalah sebuah penerbitan buku yang sifatnya menggerakkan motivasi dan etos ekonomi, dan kemudian berujung pada cita-cita kesejahteraan masyarakat. Ketika saya melahirkan Fivestar Publishing, maka bayangan saya adalah sebuah penerbitan yang bertujuan untuk menggerakkan masyarakat supaya bangkit dan mengejar prestasi terbaik.

Khusus untuk lembaga konsultansi atau yayasan, maka inisial atau singkatan dari institusi tersebut juga bagus untuk dipakai sebagai nama penerbitan. Selain membantu branding lembaga tersebut, koneksitas antara penerbitan dengan lembaga tadi juga terasa lebihs erasi. Semisal, Jagadnita adalah sebuah lembaga konsultasi psikologi yang kemudian mendirikan Jagadnita Publishing. Atau Quantum Asia Corpora, sebuah lembaga konsultansi yang kemudian mendirikan QAC Publishing.

Keempat, menyiapkan desain kaver dan tata letak (lay out). Untuk kedua pekerjaan ini, kita bisa melakukannya sendiri bila mampu, atau dengan menggunakan tenaga desain profesional. Kita bisa memanfaatkan tenaga-tenaga desainer freelance atau mereka yang biasanya bekerja di perusahaan penerbitan. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan desainer kaver atau penata letak dengan cara mem-posting pengumuman ke milis-milis perbukuan.

Untuk tata letak buku, biayanya bervariasi tergantung pada ketebalan buku serta ornamen-ornamen di dalamnya. Jika naskah buku kita banyak menggunakan grafik, foto, atau detail ornamen yang rumit, maka biaya tata letaknya bisa agak mahal (standar Rp1.500.000-3.000.000). Sementara, tata letak buku yang hanya berisi teks tidak memerlukan biaya mahal karena relatif lebih mudah dikerjakan (standar Rp750.000-1.500.000).

Soal biaya desain kaver bervariasi, tergantung pada siapa yang mengerjakan dan jenis desain yang dikehendaki. Di Yogyakarta, kita bisa mendapatkan desainer kaver standar dengan fee berkisar antara Rp400.000-800.000. Adapun di Jakarta, fee untuk desain kaver standar berkisar antara Rp600.000-1.200.000. Untuk desain-desain tertentu, biayanya bisa lebih mahal. Saya dengar, seorang desainer kaver buku yang cukup punya nama menetapkan fee sebesar Rp10 juta.

Kelima, urus ISBN dan membuat barcode. Setiap judul buku perlu ‘identitas’ yang berlaku secara internasional dengan cara mendapatkan nomor ISBN. Jika sudah mendapat nomor ISBN, maka pekerjaan berikutnya adalah membuat barcode buku. Perpustakaan Nasional, tempat kita mendaftarkan ISBN buku kita, juga melayani pembuatan barcode. Tapi, kita bisa buat sendiri barcode dengan menggunakan program Corel Draw, asal sudah mendapatkan nomor ISBN.

Cara mendapatkan ISBN mudah sekali. Kita cukup menyiapkan satu surat permohonan ISBN (ditujukan kepada Kepala Perpustakaan Nasional u.p. bagian ISBN) dengan dilengkapi fotokopi halaman judul buku, halaman hak cipta, daftar isi, dan pendahuluan. Berkas bisa dikirim via pos, faksimili, atau diantar langsung ke Gedung Perpustakaan Nasional RI (lantai 2) di Jalan Salemba Raya 28-A, Jakarta (Telp: 021-3101411 psw 437). Bila kita baru pertama kali menerbitkan buku, maka kita akan diminta mengisi formulir keanggotaan ISBN. Kita akan mendapatkan kartu keanggotaan ISBN dan penerbitan kita tercatat di Perpustakaan Nasional. Pengalaman saya, mengurus ISBN berlangsung cepat, tak kurang dari 15 menit dan hanya membutuhkan biaya administrasi Rp25.000 (tanpa film barcode) untuk setiap judul buku.

Keenam, memilih percetakan yang tepat. Ada banyak jenis percetakan, tetapi pastikan untuk hanya memilih percetakan yang sudah berpengalaman dalam mencetak buku. Jangan pilih sembarang percetakan, terlebih percetakan yang hanya sekali-sekali mencetak buku. Jangan pula tergoda dengan percetakan yang asal murah. Terpenting adalah kualitas cetak dengan harga yang wajar. Ingat, produk buku punya bobot lain dibanding materi-materi cetak lainnya. Kalau kualitas cetaknya buruk, lupakanlah soal kredibilitas, kepercayaan, dan soal brand penerbitan maupun penulisnya.

Jika kita seorang pemula dalam penerbitan buku, usahakan mendapat pelayanan dari staf marketing percetakan tersebut. Pengalaman saya dan klien-klien saya, hampir setiap percetakan yang baik pasti menyediakan staf marketing yang siap melayani kliennya. Berurusan dengan percetakan seperti ini, kita bisa tinggal menyerahkan materi cetak, sementara mereka yang akan mengurus detailnya. Dan untuk amannya, pastikan pula kita bisa bersinergi dengan bagian percetakan dan desainer kaver maupun penata letak isi buku.

Ketujuh, menentukan harga jual buku. Setelah mengetahui biaya cetak dan komponen-komponen biaya lainnya (desain kaver, tata letak, editing, promosi), maka kita sudah bisa memperkirakan harga jual buku nantinya. Bagaiamana rumusannya? Mudah: seluruh biaya produksi dibagi dengan jumlah oplah buku, lalu dikalikan lima, hasilnya adalah harga jual buku kita. Contoh, biaya produksi Rp24.000.000 dibagi jumlah cetak 3.000 eksemplar (ketemu harga produksi @ Rp8.000) dikalikan lima = Rp40.000. Jadi, harga jual buku kita di toko nantinya Rp40.000.

Formula harga di atas adalah yang paling umum digunakan dan membuat harga buku tetap terjangkau. Yang saya amati, ada pula yang menggunakan bilangan pengali antara 6-7 kali untuk menetapkan harga jual. Akibatnya, harga buku menjadi jauh lebih mahal. Di satu sisi ini menguntungkan penerbit, di sisi lain ini berisiko juga, karena harga yang terlalu tinggi juga mempengaruhi minat beli komsumen. Oleh karena itu, pada kesempatan pertama menerbitkan buku, jangan pernah tergoda untuk melambungkan harga buku. Bila ingin mengunakan angka pengali lebih dari lima, pertimbangkan betul-betul daya serap pasar nantinya. Bila perlu, mintalah masukan dari konsultan penerbitan, distributor, atau toko buku kerena merekalah yang paham soal itu.

Kedelapan, mengadakan perjanjian distribusi dengan distributor. Pada saat naskah buku naik cetak, kita sudah harus mendapatkan distributor buku. Sebab, bila kita sudah mendapatkan distributor buku saat proses pencetakan berlangsung, maka selesai cetak buku itu bisa langsung dikirim ke gudang distributor. Distributor buku adalah salah satu pilar utama bisnis penerbitan, selain toko buku dan penerbit itu sendiri. Sebagai penerbit, bisa saja kita berkeliling dari toko ke toko untuk menawarkan buku kita (konsinyasi atau beli putus). Tapi, untuk menghemat tenaga, menjangkau toko-toko secara nasional, dan mempermudah persoalan administrasi, lebih baik kita menggunakan jasa distributor.

Banyak distributor buku dengan kekuatan maupun kekurangannya masing-masing. Hampir semuanya menggunakan sistem konsinyasi (beli kredit atau pembayaran sesuai dengan jumlah buku yang laku). Ada yang lingkupnya nasional serta menjangkau hampir seluruh toko buku, ada pula yang lingkupnya lokal dan hanya menjangkau toko-toko buku tertentu. Diskon yang diminta oleh distributor (yang nantinya dibagi dengan toko-toko buku) berkisar antara 45-60 persen dari harga jual buku. Soal diskon, kita bisa bernegosiasi dengan pihak distributor dan kemudian kerjasama itu dibuat dalam format kontrak kerjasama pendistribusian.

Nantinya, sebulan sekali kita akan menerima laporan penjualan buku kita. Sementara, jatuh tempo pembayaran bervariasi antara distributor yang satu dengan yang lain. Ada distributor yang sudah bisa membayar dalam setengah bulan, namun ada pula yang baru membayar dua bulan setelah laporan penjualan kita terima. Semua ketentuan itu termaktub dalam kontrak kerjasama.

Pada intinya, delapan langkah itulah yang kita butuhkan untuk mendirikan sebuah penerbitan mandiri. Kedelapan langkah tersebut sudah mencakup persiapan penerbitan hingga peredaran buku ke pasaran. Sebab, begitu buku kita sudah sampai di tangan distributor, maka biasanya seminggu kemudian buku tersebut sudah beredar di toko-toko buku. Sebagai penerbit, kita sudah menyelesaikan satu rangkaian proses produksi atau penerbitan buku.

Dan, begitu buku produksi penerbitan mandiri kita beredar di toko-toko, maka sejak itulah merek penerbitan kita resmi beredar di tengah-tengah khalayak. Tugas kita selanjutnya sebagai penerbit adalah membuat gema promosi dengan berbagai aktivitas supaya khalayak tertarik dan kemudian membelinya.

Tapi, saya sering mendapat pertanyaan begini, “Apakah membuat penerbitan mandiri itu harus disertai dengan pendirian badan usaha semacam PT atau setidaknya CV? Bagiamana soal pajak dan sebagainya?” Jawaban saya standar saja, tidak selalu. Apabila penerbitan ini formatnya self-publishing atau independent publishing, terlebih bila masih coba-coba menemukan format, mengapa harus di-PT-kan? Langkah itu akan menambah beban biaya lagi, sementara ‘petualangan penerbitan’ belum tentu menguntungkan.

Nah, apabila nantinya penerbitan yang kita bangun itu menguntungkan, bisa memproduksi buku lebih banyak lagi, bisa mempekerjakan beberapa orang, manajemen sudah dirapikan, urusan pajak sudah dipersiapkan dan ditata dengan lebih baik, silakan bentuk badan usahanya. Dunia penerbitan kita banyak diwarnai oleh langkah-langkah semacam ini. Hampir semua penerbit kecil atau independen pada awalnya berusaha memperkuat bisnisnya dulu. Setelah mampu memperkuat basis bisnisnya dengan terus mengembangkan diri, barulah kemudian membakukan penerbitannya dalam sebuah badan hukum dan kemudian memproklamirkan diri menjadi penerbitan umum. Jadi, tunggu apa lagi? Selamat mendirikan penerbitan mandiri.[ez]

* Edy Zaqeus adalah editor Pembelajar.com, penulis buku-buku best-seller, penerbit buku, dan konsultan penerbitan. Ia mendirikan Bornrich Publishing dan Fivestar Publishing yang melahirkan buku-buku laris. Ia juga telah membantu banyak klien dalam melahirkan buku-buku bestseller dan mendirikan penerbitan mandiri. Edy dapat dihubungi di: https://ezonwriting.wordpress.com atau edzaqeus@gmail.com.

7 Blog Terbaik Kategori Menulis & Menerbitkan Fiksi


1. Aliventures

aliventure blog tips menulis fiksi

Blog milik Ali Lukas, penulis novel Lycopolis dan trainer menulis yang bermukim di Inggris..Ali dikenal luas di blogosphere. Blog papan atas seperti problogger dan copyblogger kerap mempublikasikan tulisannya. Saya menyukai konten-konten Aliventures. Teknis dan lansung bisa diterapkan. Contohnya  The Four Essential Stages of Writing. Belakangan ini posting Ali banyak membahas cara memanfaatkan internet dalam menunjang karir menulis.

2. Daily Writing Tips

blog untuk belajar menulis fiksiSesuai namanya, blog ini menerbitkan satu tips menulis setiap hari. Daniel Scocco pendiri DWT mengelola blog ini bersama tim editorial yang kapabel di dunia tulis-menulis. Cakupan kategori DWT tergolong lengkap. Diantaranya dasar-dasar menulis, tata bahasa, ejaan, penggunaan tanda baca, kosa kata, sampai gaya penulisan, Sempatkanlah membaca salah satu posting terpopular mereka yang berjudul  34 Writing Tips That Will Make You a Better Writer

3. Lindsay Buroker

blog tips menulis ebook

Lindsay Buroker adalah penulis cerita pendek dan novel fantasy. Dia telah menerbitkan beberapa novel dalam format ebook (yang lebih disukainya ketimbang format cetak). Blog ini mengajarkan teknik menulis & penerbitan. Lindsay banyak memberikan pandangan bagus mengenai mengapa penulis di era sekarang sebaiknya memilih format ebook. Salah satu posting Lindsay yang menarik untuk anda baca berjudul  Can a “Normal” Author Make a Living E-publishing ?

4. The Write Practice

blog tips menulisJoe Bunting & Liz Bureman yang mengelola blog ini punya pendekatan unik. The Write Practice memberikan tugas praktek kepada pembaca setiap akhir posting.  Menurut mereka, praktek merupakan hal terpenting dalam belajar menulis. Sebagai contoh, silahkan membaca artikel mereka yang berjudul The Aesthetics of Good and Evil in David Copperfield

5. The Book Designer

blog cara membuat buku, cara menerbtikan buku, cara membuat ebook

Berminat menerbitkan buku di jalur indie (self publishing) ? Anda wajib mengunjungi blog milik Joe Friedlander ini. The Book Designer akan mengajarkan anda cara menerbitkan buku dan ebook. Panduannya lengkap mulai dari tahap pra produksi, mendesain interior buku, cara membuat cover, pemilihan huruf,  pemakaian format cetak & digital, sampai trik pemasaran buku. Joe Friedlander seorang designer buku handal yang berpengalaman sejak tahun ’70-an di industri penerbitan. Salah satu posting favorit saya di blog ini berjudul 5 Favorite Fonts for Interior Book Design.

6. The Creative Penn

blog untuk belajar menulis ebook, tips promosi bukuSalah satu pemenang Top Ten Blogs For Writers 2011 – 2012. Blog ini milik Joanna Penn. Seorang penulis, blogger dan pembicara yang berbasis di Inggris. Joannna juga trainer kursus menulis novel. Novel thriller-nya yang berjudul Pentecost pernah masuk daftar terlaris Amazon. Joanna banyak memberikan panduan mengenai cara menerbitkan dan mempromosikan buku fiksi secara online. Seperti misalnya dalam posting berjudul 10,000 Books Sold: Sales Figures For Pentecost, A Thriller Novel.

 7. Write To Done

blog cara menulis, blog tips menerbtikan bukuWrite To Done membahas luas topik  penulisan. Namun ada satu kategori yang khusus membahas fiksi. Blog ini sarat konten yang akan memandu anda tumbuh berkembang menjadi penulis yang baik. Sempatkan untuk membaca salah satu posting mereka yang berjudul The Secret of writing funny.

Semoga Bermanfaat

Sumber : http://indonovel.com/

Teknik Penyusunan Judul


311449_269410223071470_100000074842009_1142852_3868058_nA. Pendahuluan

SEORANG peneliti merasakan adanya”sesuatu yang tidak beres”, (dalam arti tidak atau belum sesuai dengan kondisi yang seharusnya), artinya seorang peneliti harus memiliki keingintahuan yang tinggi dan keinginan untuk memperbaiki keadaan.

Contoh : “Selama saya kuliah, belum pernah saya temui seorang mahasiswa pun berjalan sambil membaca buku di kampus karena saking gemarnya membaca, misalnya.ini juga menguatkan survei UNESCO bahwa pringkat membaca Indonesia, berada di bawah negara-negara tetangga kita seperti Malaysia bahkan Vietnam. Mungkin juga beralasan bahwa lesunya membaca ini adalah pemicu sepinya diskusi-diskusi kecil atau publik di kampus. Padahal, menurut mahasiswa yang sudah alumni, kegiatan diskusi adalah kegiatan yang biasa ditemui di setiap sudut kampus ini dulu. (kutipan dari radarbanten.com)

Mengacu pada masalah yang dapat dilihat dari suatu kasus bisa diambil rumusan masalah yang diungkapkan dalam kalimat tanya :

  1. Apakah benar bahwa mahasiswa kita kurang minat membaca?
  2. Apakah benar lesunya minat membaca berakibat lesunya forum diskusi di kampus?
  3. Apakah benar dengan lesunya membaca dan diskusi ini mengakibatkan kurang ada gairah dalam penelitian dan menulis dikalangan mahasiswa?

Dari pertanyaan diatas peneliti harus bisa menentukan apa variabel penelitian atau yang menjadi objek penelitian yang merupakan inti dari masalah penelitiannya. dengan kata lain untuk menyusun masalah penelitian peneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa variabelnya. ketiga pertanyaan diatas diajabarkan berdasarkan tiga gejala yang penliti baca di media berdasarkan pengamatan sendiri.

Hal lain yang bisa diamati dari ” Hal yang tidak beres”, dapat dilihat dari hal yang positif dari kegiatan mahasiswa dengan adanya kegiatan mentoring yang diselenggarakan oleh “lembaga dakwah kampus’ terutama dikampus umum yang marak dibandingkan dengan kampus berbasis agama. sehingga anda rumuskan juga dalam kalimat pertanyaan :

  1. Kegiatan positif apa saja yang dilakukan mahasiswa melalui kelompok mentoring tersebut?
  2. Motif-motif apakah yang mendorong para mahasiswa untuk mengadakan kelompok mentoring tersebut?
  3. Apakah ada kaintan yang erat antara mentoring dengan kegiatan salah satu partai sebagai sel kaderisasi?

Untuk menjawab semua pertanyaan dari asumsi dasar yang diajukan peneliti dapat mengajukan pertanyaan “Manakah kira-kira yang paling baik, mulai dengan mendaftar sebanyak mungkin pertanyaan atau langsung menentukan sejumlah pertanyaan?

Asumsinya sebagian orang dengan cepat memperoleh pertanyaan penelitian karena sensitif terhadap lingkungan dan dapat merasakan adanya permasalahan disekelilingnya sehingga ingin memecahkan permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian. sebaliknya sebagian orang sukar menemukan permaslahan yang akan diteliti sehingga apabla seorang mahasiswa, setelah lama menyelesiakan teori, tidak habis-habis berada dalam “masa berpikir mencari judul “untuk skripsinya.

Intinya modal utama mahasiswa dalam menentukan judul harus menguasai permasalahan lalu lanjut pada pemahaman terhadap literatur yang relevan dengan judul penelitiannya. dalam keadaan mantap peneliti harus juga meninjau kembali rumusan pertanyaan yang diajukan dan sambungkan dengan bahan pustaka, sebaliknya jika dalam mengkaji bahan pustaka untuk teori tidak memperoleh dukungan maka lebih baik mengurungkan niatnya untuk walaupun judul dirasakan sudah sesuai dengan keinginan peneliti.

Secara garis besar, proses penelitian pada umunya melalui langkah-angkah sebagai berikut ;

  1. Mencari permasalahan yang pantas untuk diteliti.
  2. Menelaah buku-buku untuk mencari dukungan teori dengan cara membaca buku teori maupun laporan hasil penelitian dari hasil telaah ini peneliti menentukan langkah untuk terus atau harus menghentikan penelitiannya.
  3. Meninjau kembali rumusan serta memantapkan problematika tersebut dan dilanjutkan dengan merumuskan tujuan dan hipotesis penelitian.
  4. Menyusun instrumen pengumpul data.
  5. Melaksanakan penelitian
  6. Melakukan tabulasi pengolahan data
  7. Mengambil kesimpulan
  8. Menyusun laporan penelitian

B. Acuan menentukan sebuah judul skripsi

setelah memahami urutan proses penelitian secara umum kembali pada prumusan problematika dan judl penelitian. apabila peneliti sudah merasa bahwa ia telah memiliki problematika penelitian dan hal ini berarti bahwa peneliti dengan jelas sudah menguasai permasalahan penelitiannya, maka ia dapat mencari rumsuan untuk judulnya. rumusan problematika saja memang belum cukup, peneliti harus juga mengetahui hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

  • Berpatokan pada masalah bukan pada judul skripsi yang ada

Walaupun judul selalu tercantum dibagian paling depan dari setiap penelitian, tetapi tidak berarti penelitian berangkat dari judul. Bahkan untuk jenis penelitian kualitatif, judul penelitian dapat dibuat setelah penelitian selesai. Kekeliruan sebagian mahasiswa selalu menentukan judul berasal dari judul yang sudah ada, padahal judul bisa diambil dari permasalahan yang ada dalam mata kuliah, fenomena sehari-hari ditempat kerja, dari hasil sharing seminar, pola pikir membuat judul dapat dilihat :

(1). Topik…(2).Masalah—> (3)Identifikasi masalah…> (4) Batasan masalah …> (5) Judul

Dari pola diatas maka judul penelitian itu sudah spesifik karena berangkat dari batasan masalah. jadi variabel penelitian yang telah dibatasi itulah yang diangkat menjadi judul penelitian. Masalah dapat dilihat dari asumsi dasar (dasar berpijak masalah yang bisa dijadikan sebuah acuan judul) seperti :

Kesulitas mahasiswa STBAJIA untuk menghilangkan logat daerah saat pengucapan bahasa jepang”

“PT KAI seringkali terjadi kecelakaan yang tidak bisa diprediksi”

  • Judul harus netral

Karena pada dasarnya meneliti adalah keinginan mengetahui data atau gejala sebagaimana adaya (bukan sebagaimana seharusnya) maka judul penelitian harus netral, tidak dipengaruhi unsur-unsur subyektif yang belum diketahui kebenarannya. judul penelitian harus netral dan didasarkan pada bentuk-bentuk permasalahan. untuk bentuk permasalahan deskriptsif yang bersifat estimasi (yang menggambarkan keadaan satu variabel/uni variabel)

  • Teks judul sederhana dan spesifik

untuk penelitian harus ada pembatasan maslah dengan memperkecil jumlah variabel, memperkecil jumlah subjek penelitian, mempersempit lingkup wilayah penelitian menggunakan instrumen dengan memilih metode pengumpulan data yang lebih sederhana, menganalisis data dengan teknik yang tepat guna dan menyusun laporannya sesingkat mungkin.

Sebuah judul harus berisikan ;1).  teks pengantar (analisa, hubungan dengan…, studi deskriptif…, studi ekssploratif, dll); 2). variabel pokok yang merupakan objek yang akan diteliti,  3). subjek penelitian tempat diperolehnya data untuk variabel yang diteliti, 40. lokasi tempat penelitian dilaksanakan, 5). waktu data penelitian diambil atau waktu penelitian dilaksanakan.Teks judul dapat ditulis dalam skrisi seperti berikut :

  1. Peranan………………….terhadap……………………………………………………………………………..
  2. pengaruh…………………terhadap…………………………………………………………………………….
  3. pengaruh…………………dan………………….terhadap…………………………………………………….
  4. Hubungan ……………….dengan……………………………………………………………………………….
  5. hubungan…………………dan…………………dengan……………………………………………………….

Judul penelitian selain berbentuk hubungan sebab-akibat bisa juga bersifat komparatif (membandingkan), maka judulnya penelitian dengan teks yang sering digunakan :”Perbandingan……………….antara…………………………………………………………………………………..
“perbandingan………………… terhadap …………………………………………………………………………….

karena dalam penelitian kualitatif banyak variabel yang diamati dan masalah yang diteliti belum jelas, maka judul-judul penelitian tidak harus eksplisit serti pada batasan masalah. judul-judl penelitiannya masih bersifat sementara, dapat berubaha dan dapat dirumuskan judlnya setelah penelitian selesai.

  •    Judul bisa juga dari pembimbing anda

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.Akan tetapi terlalu banyak mempunyai permasalahan lalu berkonsultasi dengan pembimbing, setelah mengetahui adanya kesulitan lalu berubah ingin mengganti judul. dengan proposal yang diajukan dengan berbagai alasan latar belakang masalah diajukan, belum selesai terpikir masalah lain sangat menarik untuk diajukan kembali menjadi sebuah judul. bisa jadi mahasiswa yang sering gunta-ganti judul tidak menguasai permasalahan dengan baik. dipihak lain ada mahassiwa yang sulit menemukan judul, tidak segan-segan meminta pada calon pembimbing atau judul diberikan oleh dosen tapi kesulitan mencerna karena mahasiswa belum terbiasa merangkai kata-kata, nasehat dosen sangat bermanfaat, tapi terkadang judul skripsi pemberian dosen sulit dipahami oleh mahasiswa maknanya sehingga ada kompromi semu padahal tidak paham dengan permasalahan.

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

  •  Judul yang sesuai dengan tingkat analisa dan penentuan topik

kadang kala yang harus dilakukan bagaimana cara menentukan sampai seberapa besar cakupan analisa. Hal ini sangat penting karena dengan menentukan tema atau judul yang sesuai dengan tingkatan analisa tepat maka anda akan lebih mudah menentukan rumusan masalah dan pembatasan penelitian. Jadi, sebenarnya untuk menentukan judul dalam berbagai kajian ilmu apapun tidaklah sesulit yang mahasiswa bayangkan.

Dalam penetuan topik disarikan bahwa topik harus penting (significanne of topic), harus menarik perhatian penelitian (interesting topic), harus didukung oleh data atau dngan kata lain untuk topik harus tersedia datanya (obtainable data) dan topik penelitian harus dapat dilaksanakan dalam arti sebatas kemampuan penelitian (manageble topic)

Berikut merupakan langkah yang harus anda lakukan ketika memilih tema atau judul untuk skripsi bahasa

  1. Bagaimana untuk mendapatkan judul yang sesuai dalam ilmu bahasa.

Untuk mendapatkan judul atau tema skripsi ilmu bahasa maka saya sarankan anda harus membaca banyak referensi. Banyak referensi, tidak berarti tidak harus bersumber pada buku-buku atau jurnal yang membahas tematik bahasa. Saya seringkali menemukan judul ilmu bahasa yang kemudian saya angkat menjadi skripsi ketika membaca majalah-majalah seperti National Geography atau bahkan majalah wanita seperti Femina.

Jadi bisa saja, artikel yang membahas analisa sastra namun juga mempunyai muatan ilmu komunikasi dan feature bahasa, kalau anda cukup teliti untuk menangkap ide ini. Jadi, jangan mengkotakkan diri anda dalam sebuah ilmu yang anda pelajari selama kuliah saja. Banyak membaca Novel dan komik berarti anda memperluas wawasan anda.

Langkah kedua untuk mencari ide judul skripsi adalah sharing dengan teman, atau dosen pembimbing akademis anda. Percakapan dengan teman yang anda lewatkan di kantin ataupun ketika dosen menyampaikan materi kuliah, terus keluar ide dan anda menangkapnya. Jadilah sebuah judul skripsi.Untuk penerimaan judul biasanya ditentukan dari kebaruan dan kesulitan mengenai objek yang diteliti

2. Menentukan Wilayah lingusitik kebahasan yang paling kita pahami.

Perlu diingat bahwa ilmu bahasa adalah sangat luas dan berpatokan pada konsep Speaking, listening, writing dan reading. Jadi untuk mencari kajian apa dan bagaimana ilmu bahasa maka dapat dikembalikan dalam esensi dari ilmu bahasa  itu sendiri. Jadi tema atau judul dalam bahasa dapat di dasarkan pada kajian-kajian wilayah lingua bahasa yang luar biasa luasnya dan juga bahasa ada kaitannya dengan ilmu sastra. Ilmu sastra sendiri bersumber dari kajian yang mengulas secara tematik mengenai sastra,  Baik input, output maupun lingkungan; ke semuanya membentuk sistem yang saling terkait dan saling mempengaruhi.

Berdasarkan bagan diatas maka kita dapat meletakkan topik tersebut di dalam wilayah proses input, output (kebijakan), maupun lingkungan. Berikut merupakan berbagai contoh tema yang dapat diangkat dalam menganalisa bahasa seperti bahasa inggeris

1.Input. Bentuk input dalam ilmu bahasa dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi dan tematis Input dalam tuntutan disebabkan adanya kesulitasn dalam hal berkomunikasi dengan demikian timbulnya input berupa upaya meningkatkan kemampuan conversation oleh karena ada fenomena belajar bahasa inggeris sejak SD sampai PT tapi kemampuan percakapan kita sangat sulit, hal ini disebabkan oleh adanya sebuah kondisi psikologis kalau bahasa inggeris itu bahasa asing, dipelajari saat benar-benar dibutuhkan, kurangnya pembiasaan percakapan, kurangnya dukugan sekitar kita untuk selalu menggunakan bahasa itu sebagai bahasa sehari-hari kita.

2.Output. Output dalam suatu sistem kebahasan adakalah peningkatan kompetensi kebahasan yang dirasa masih kurang. Jadi secara meluas, tema yang dapat diangkat dalam wilayah output untuk sebuah judul bahasa adalah jalannya pelaksanaan, keefektifan serta implikasi kebahasan  tersebut dalam struktur bahasa.

3.Lingkungan. Untuk menciptakan proses dimana sistem tersebut berjalan maka dibutuhkan adanya lingkungan bahasa. Lingkungan bahasa merupakan suatu penggambaran secara sistematik dari setiap pola penggunaan bahasa yaitu baik struktur maupun fungsi dari yang bisa didaptasi oleh bangsa indonesia artinya bahasa inggeris bisa diterima sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia Lingkungan ini dapat berupa lingkungan internal atapun eksternal. Tema inilah yang paling banyak tidak dicermati mahasiswa sebagai tema dalam penelitian bahasa dari sudut budaya dan tema kesusastraan, padahal bahasa sangat begitu dekat dengan tema omunikasi sastra dan komunikasi, padahal banyak bidang yang bisa dikaji, misalkan analsia tematis novel, film dan sastrayang berasal dari permasalahan bahasa setempat seperti logat bahasa ataupun perbedaan pola budaya dan sastra dalam berbahasa.
Ke semua bagian dalam sistem kebahasan akan seperti yang diuraikan di atas dapat menjadi dasar kegiatan dalam meenentukan judul penelitian bahasa Hal ini akan membantu anda dalam menentukan ruang lingkup dalam menentukan judul bahasa yang tidak hanya terpokus pada grammer, conversation, fonetik tapi kajian tema sastra juga bisa diadopsi dan   dijadikan sebagai dasar judul dalam kajian ilmu bahasa.

C. Menentukan Tingkatan Analisa

Langkah berikutnyan adalah menentukan tingkatan analisa masalah. Untuk langkah ini maka kita dapat membagi berdasarkan tingkatan mana yang paling mempengaruhi dan dipengaruhi dari tema kebahasan dapat dilihat nanti dalam hubungan antar variabel dalam paradigma penelitian.

Dalam perakteknya model judul penelitian cukup bervariasi dan tidak sesuai dengan teori yang diberikan diatas. terdapat judul penelitian yang mencerminkan permasalahan dan ada juga judul penelitian yang mencerminkan saran yang akan diberikan.

Membuat Judul skripsi tidak semudah yang kita duga, sehingga ada kecenderungan mahasiswa mengadopsi judul skripsi lain dengan topik yang berbeda atau menentukan sendiri dengan melihat fenomena empiris yang terjadi di lingkungan kita, baik pekerjaan, profesi, dan komunitas yang menyebabkan timbullnya permasalahan yang relevansi dengan konsentrasi akademik kita. Bahasa copy-paste sering menjadi pilihan utama mahasiswa karena tidak paham dalam menentukan judul skripsinya.

Sistematika dalam penyusunan judul bahasa secara bertahap antara lain:

  1. Tentukan Topik/Tema Penelitian

Mengambil judul bukan dari judul skripsi orang lain, tapi harus anda ambil dari topik yang secara empiris berdekatan dengan perkuliahan, pekerjaan, komunitas teman anda, dan lingkungan. Topik untuk penyusunan judul skripsi bahasa berpedoman pada topik antara lain : 

Bahasa Inggeris Bahasa Jepang
1). Speaking 1). Kaiwa
2). Reading 2). Dokkai
3). Writing 3). Sakubun
4). Listening. 4). Chokai

Dari topik ini bisa dispesfikasikan secara logis kedalam sub-topik yang lebih kecil lagi sehingga bisa mudah dipahami oleh siapapun, karena topik tidak terlalu umum dan memperluas bahasan anda.

Anda susun sub-topik dari topik diatas untuk mengspesifikasikan bahasan topik anda antara lain :

KAIWA DOKKAI SAKUBUN CHOKAI BUDAYA
Kaiwa 1 Kyujuuhai Sakubun happyu Chokai 1 Nihonjiju
Jitsuyu Kanji I nichi honyaku Chokai 2 Nihonshi
Kaiwa happyu Dokkai bunpo tsyuyaku Chokai 3 Nihon bungaku
Bijinesu kaiwa Dokkai hapyu nohonggaku Chokai 4 Nihon tsuushin
Kaiwa happyu 2 honyakuron Jitsuyu honyaku Chokai 5 Nihon kenkyuu zemi

D. Pengembangan Topik

Langkah Pertama: Identifikasi Sebuah Topic. Jika anda belum mempunyai topik, silahkan menggunakan cara-cara berikut.

  • Diskusikan topik yang Anda punya dengan Dosen pembimbing.
  • Anda bisa membaca koleksi skripsi yang ada di perpustakaan kampus (penelitian terdahulu).
  • Manfaatkan tabel untuk menyeleksi topik-topik skripsi yang sudah ada. Akan sangat memudahkan jika ada perpustakaan online yang bisa Anda manfaatkan.
  • Manfaatkan indeks dan judul-judul artikel dari berbagai ensiklopedia yang khusus membahas tema/topik yang sesuai dengan topik Anda.

Jadikan ide bahasan Anda menjadi bentuk kalimat tanya,  Contoh: Jika anda tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh minuman keras terhadap mahasiswa. Anda bisa menjadikan kalimat Tanya seperti: “Apakah efek mengonsumsi minuman keras terhadap kesehatan mahasiswa?”

Identifikasikan ide pokok atau kata kunci pada kalimat Tanya.Pada contoh di atas kata kuncinya: minuman keras, kesehatan, mahasiswa

Langkah Kedua: Ujicoba Topik

Silahkan diujicoba kata kunci atau ide pokok dengan penelitian yang terdahulu (sesudah langkah pertama) atau bisa juga menggunakan media internet.

Jika Anda menemukan informasi tentang kata kunci sudah terlalu banyak, Anda bisa mengalihkan kata kunci Anda (biar tidak terlalu umum) menjadi bir, kesehatan, mahasiswa (= minuman keras > bir)

Jika hasil temuan Anda terlalu sedikit, maka Anda harus memperluas topik Anda. Contoh: mengganti mahasiswa dengan murid (murid lebih umum daripada mahasiswa).

Semoga tips ini bisa membantu.. enjoy with your research..

  • Tentukan Masalah Dan Rumuskan Masalah.

Setelah topik dipetakan kedalam sub-topik, kemudian pahami topik itu sesuai dengan jurusan kuliah anda. Biasanya masalah diungkapkan dalam kalimat pernyataan. Misalnya :

  1. Permusan : ”Kenapa pengucapan kata bahasa inggeris itu sulit?
  2. Masalah : ”Kesulitan dalam pengucapan kata bahasa inggeris”
  3. Sub-topik : percakapan (conversation)
  4. Topik : Speaking
  • Berikan Jawaban Empiris dan Teoritis terhadap Perumusan Masalah.

Dari perumusan ini bisa menguraikan jawaban empiris dan teoritis yang menyangkut adanya asumsi dasar yang bisa menjawab masalah yang dirumuskan oleh peneliti.kenapa pengucapan bahasa inggeris itu sulit? Banyak jawaban secara empiris : kurang menguasai vocabulary, sulitnya menghilangnya logat daerah, kurang latihan dan pembiasaan diri, tidak memiliki partner berbicara, mentalitas, dll.

  • Tentukan Variabel Penelitian

Variabel bisa diartikan sebagai bagian dari judul yang bisa diinterpretasikan kedalam sebuah teori. Variabel juga bisa diambil dari asumsi-asumsi dari perumusan masalah atau dari masalah itu sendiri.

Dalam hal ini yang menjadi variabelnya adalah…

  • Variabel Y   = perbaikan pengucapan kata bahasa inggeris.
  • Variabel X1= vocabulary
  • Variabel X2= dialek
  • Tentukan Paradigma Penelitian.

Dari variabel yang sudah ditentukan sehingga dapat dilihat hubungan konstelasi antar variabel :

                                           X1

                                                                                Y

                                           X2

  • Tentukan Jenis Penelitian
    Setelah paradigma anda buat, langkah berikutnya tentukan jenis penelitian, pastinya kalau variabel lebih dari satu, maka jenis penelitiannya kuantitatif dengan analisis statistika.
  • Tentukan Teks Judul.

Tahap terakhir menentukan teks judul : anda tentukan jenis teks judulnya : korelatif, deskriptif, komparatif,dll. Maka teksnya sebagai berikut :”hubungan korelatif antara vocabulary dan dialek daerah terhadap perbaikan pengucapan bahasa inggeris siswa SMAN 1 Bekasi tahun 2014”

E. Mencari judul skripsi atau penelitian lain

Ternyata mengelola website seorang diri itu memang susah. Konsisten sekali lagi membuktikan kepada saya bahwa saya memang orang yang sulit istiqamah/konsisten. Website sebelum ini, CMYK RGB memberi tahu saya bahwa pelajaran yang saya terima waktu saya masih duduk di bangku MI (Madrasah Ibtidaiyah), bahwa konsisten itu sulit, kecuali bagi orang yang ‘mendapat petunjuk’. Bagaimana tidak, sekarang saya mempunyai kebiasaan baru setiap harinya: mengecek website, apakah ada yang mengunjungi dan mengambil manfaat (meski saya tahu isinya tidak seberapa), melihat google analytic (bagaimana perkembangan web ini), tak lupa mengunjungi adsense saya (apa ada perkembangan).

Selalu dan selalu terpikir oleh saya, apalagi yang bisa saya tambahkan lagi pada web ini. Kreativitas saya seakan selalu dituntut untuk mengembangkannya. Bagaimana tidak, saya orang yang baru belajar mengelola web, dihadapkan pada jumlah pengunjung website ini. Satu sisi memang senang, bisa mempunyai web yang dikunjungi orang, artinya potensi untuk bermanfaat bagi orang. Di satu sisi lain, bagaimana mengondisikan pengunjung tidak merasa tertipu dengan isi dari web, otomatis saya harus meningkatkan kualitas web sendiri (baik ‘lahir’ maupun ‘batin’). Kondisi itu akhirnya menggerakkan saya untuk googling dan baca-baca lagi.

Berikut ini yang telah dan sedang saya terapkan dalam upaya untuk terus bisa konsisten dalam menjaga web saya tercinta http://www.cmyk-rgb.co.cc dan www. infoskripsi.com ini, yang saya namakan tips mengelola website.

  1. Memberi kesempatan saya pribadi menjadi kreatif adalah langkah pertama dalam membentuk pola berpikir kreatif.
  2. Beri pikiran input segar setiap hari dengan mendengarkan radio, membaca majalah, berjalan-jalan dan lain-lain.
  3. Mendengarkan orang lain, mungkin saja ide terbaik berasal dari orang lain, dan saya bisa mengembangkannya dengan baik.
  4. Berbicara dengan anak kecil, karena ide kreativitas mereka praktis dan tidak terbatas. Kalau perlu ikut bermain dengan mereka.
  5. Membaca buku (termasuk googling) mengenai cara merangsang kreativitas.
  6. Luangkan waktu, sebab relaksasi penting bagi proses kreatif.

Begitu pula dengan riset/penelitian. Kreativitas sangat penting dan menjadi syarat utama seorang researcher dalam menemukan ide sebuah penelitian. ‘Kepekaan’ adalah mutlak diperlukan. Kepekaan terhadap lingkungan akan mengakibatkan titik perhatian kita akan tersita olehnya. Begitu perhatian kita tersita, maka akan mengakibatkan intensitas dalam menganalisis suatu kondisi sebuah realita akan muncul.

Kalau hal itu sudah muncul maka akan diteruskan dengan ‘tingkat kepedulian’. Orang yang normal akan menindaklanjuti dari kepekaannya terhadap lingkungan dengan apresiasi, baik itu pro atau kontra. Kondisi inilah yang kerap kali menimbulkan asal gerakan penelitian yang baik. Tidak seperti kualitas penelitian (atau kebanyakan skripsi) sekarang, yang seakan terpaksa dimunculkan sebagai sebuah tuntutan keterpaksaan. Akhirnya banyak muncul hasil penelitian yang sumbangsihnya masih kurang begitu dirasakan banyak orang.

Permasalahannya sekarang, bagaimana cara meningkatkan kepekaan? Satu saran, JASMERAH (jangan lupa sejarah), kata bung Karno.

Dengan banyak mengingat kejadian-kejadian di masa yang lampau (past/madli) akan mengingatkan kejadian di masa sekarang dan mendatang (present/future-hal/mustaqbal ). Karena banyak sekali peristiwa di masa lampau yang akan terulang di masa mendatang. Biasanya hanya waktu dan tempat saja yang berubah. Kalau Anda mau peka dan peduli dengan sebuah fenomena. Anda akan mulai memprekdisikan kondisi mendatang.

Contoh: Mengingat masa lalu. Kalau Anda teringat dengan kejadian maraknya Anak kecil yang menjadi anarkhis setelah melihat layangan Gulat bebas di TV. Kemudian mereka mempraktekkannya terhadap teman-temannya sendiri. Anda pasti berpikir dan berpikir. Kenapa?

Dari kejadian tersebut, betapa banyak sisi-sisi yang layak untuk menjadi topik/tema penelitian.

Membayangkan kondisi sekarang: Silahkan cari fenomena yang lagi marak, kemudian coba kaitkan dengan sejarah, tentunya yang identik.. ada kejadian waktu fenomena tersebut..

Mungkin itu saja saran dari saya, mohon maaf dari tulisan yang masih belum tertata dengan rapi. Idenya saja keluar di tengah-tengah ngetik. Mungkin di lain waktu saya bisa memperbaiki dengan tulisan yang lebih sistematis. Amin.

 

Daftar Buku terbitan akhir tahun 2015


KOLEKSI BUKU

Publikasi buku (NEW)


  • 20150314_151522-1Judul Buku : Industrial Marketing
  • Pengarang : Ahmad Kurnia, SPd,MM.
  • Penerbit     : Reconiascript Self Publishing
  • tahun          : 2015
  • Halaman    : 212 Halaman

Berbicara marketing atau pemasaran kita jadi teringat dengan istilah “sales, salesman, sales promotion girl”. Sales artinya menjual, atau sales diartikan penjual yang berpenampilan khas berdasi dan membawa tentengan tas yang besar, berbicara lantang dan cepat, sedikit memaksa dan sebagian ada juga yang merasa tertipu dengan mulut manisnya. Stigma terhadap sales sebagian masyarakat benar walaupun berbeda dan dibenarkan kalau persepsi itu tertanam kuat akan keberadaan profesi marketing tersebut. Padahal dari profesi ini akan menjadi cikal bakal berdirinya perusahaan besar sekarang dan perusahaan sangat tergantung dengan profesi tersebut.

Ditengah seiring perjalanan waktu, dunia terus berubah dan pemasaran juga tentunya ikut berubah, dan begitu juga sebaliknya langkah pemasaran yang dilakukan oleh pemasar-pemasar yang visioner juga mengubah dunia. Sebut saja Mark Zuckeberg yang mengubah dunia lewat Facebook; Jawed Karim, Chad Hurley and Steve Chen mengubah dunia lewat YouTube; Jimmy Wales dan Larry Sanger mengubah dunia lewat Wikipedia, dan banyak lagi technopreneur lainnya. Sehingga bisa merubah tatanan ruang dan waktu.

Buku terbitan perdana dari Reconiascript Publishing tahun 2015, karya Ahmad Kurnia, SPd,MM sebagai buku perkuliahan pengantar marketing. Berisi sekilas bahasan tentang dunia marketing yang disesuaikan dengan perkembangan dunia internet yang luar biasa berpengaruh terhadap paradigma marketing sebelumnya.

KINERJA ORGANISASi


palapaKonsep Kinerja Organisasi

Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting.
Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya.

Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 2002). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai organisasi.

Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya, untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk meraih keuntungan tersebut.

Sementara itu ada indikator yang sering kali digunakan untuk mengukur kinerja organisasi privat/publik seperti : work lood/demain, economy, efficiency, effectiveness dan equity (Sclim dan Wood ward, 1992 dalam Keban, 1995) productivity (Perry, 1990 dalam Dwiyanto, 1995).

Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai (Fynn, 1986, Jackson dan Palmer, 1992 dalam Bryson, 2002). Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik, kelihatannya sederhana sekali ukuran kinerja organisasi publik, namun tidaklah demikian kenyataannya, karena hingga kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik.

Berkaitan dengan kesulitan yang terjadi dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Dwiyanto (1995: 1), “kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakeholders juga menjadi berbeda-beda”.
Namun ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik (Dwiyanto, 1995) yaitu sebagai berikut:

Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

Kualitas Layanan

Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990).

Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Kumorotomo (1995) menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antar lain adalah berikut ini:

Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan fakltor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.

Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya organisasi rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.

Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini

Kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi seperti dimensi akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maupun responsibilitas. Berbagai literatur yang membahas kinerja birokrasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya.

Adapun menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 47 tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, indikator yang dipakai meliputi aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi  seperti dalam tabel berikut

Konsep Peningkatan Kinerja Organisasi

Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi.

Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.

Sebagai produk dari kegiatan organisasi dan manajemen, kinerja organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi oleh proses-proses administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus apapun input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja yang diharapkan secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan manajemennya tidak bisa berjalan dengan baik. Antara input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat dan sangat menentukan dalam menghasilkan suatu output kinerja yang sesuai harapan atau tidak.

Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa proses manajemen yang berlangsung tersebut, merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) atau lebih detailnya lagi adalah planning, organizing, staffing, directing, coordinating, regulating, dan budgetting (POSDCoRB).

Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input dan proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja organisasi juga terkait erat dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen dalam organisasi tersebut.

Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun manajemen dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi. Selain kondisi internal tersebut kondisi-kondisi eksternal organisasi juga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Penilaian terhadap faktor-faktor kondisi eksternal tersebut dapat dilakukan dalam analisis: (a) kecenderungan politik, ekonomi, sosial, tekhnologi, fisik, dan pendidikan; (b) peranan yang dimainkan oleh pihak-pihak yang dapat diajak bekerja sama (collaborators) dan pihak-pihak yang dapat menjadi kompetitor, seperti swasta, dan lembaga-lembaga lain; dan (c) dukungan pihak-pihak yang menjadi sumber resources seperti para pembayar pajak, asuransi, dan sebagainya (Bryson, 1995 dalam Keban, 2001).

Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi, maka pilihan mana yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi internal organisasi atau pada sisi eksternal organisasi, itu tergantung pada permasalahan yang dihadapi organisasi

Kriteria Baldrige – Kepemimpinan Organisasi (2005 Kriteria untuk Keunggulan Kinerja)

1.1 Kepemimpinan Organisasi (70pts)

Menjelaskan bagaimana Para Pemimpin Senior menuntun organisasi anda. Menjelaskan sistem pengelolaan dalam organisasi anda. Menjelaskan bagaimana Senior Leader mengkaji kinerja organisasi.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

a.     Arahan Pimpinan Senior

  1. Bagaimana Para Pemimpin Senior menetapkan visi dan nilai-nilai organisasi? Bagaimana Senior Leader menerapkan visi dan nilai-nilai organisasi anda melalui sistem kepemimpinan, kepada seluruh karyawan, kepada pemasok-pemasok dan mitra utama, dan kepada para pelanggan seperlunya?  Bagaimanakah tindakan pribadi mereka merefleksikan sebuah komitmen terhadap nilai-nilai oragnisasi?
  2. Bagaimanakah Para Pemimpin Senior mempromosikan lingkungan yang membentuk dan mensyaratkan perilaku yang etis dan mematuhi hukum dan aturan (legal)?
  3. Bagaimana  Para Pemimpin Senior menciptakan sebuah organisasi yang berkesinambungan? Bagaimana Para Pemimpin Senior menciptakan lingkungan untuk peningkatan kinerja, pencapaian sasaran-sasaran strategis, innovatif, dan kelincahan organisasi? Bagaimana mereka menciptakan lingkungan untuk pembelajaran level organisasi dan karyawan? Bagaimana mereka secara pribadi berperan dalam perencanaan suksesi dan pengembangan dari pimpinan-pimpinan masa depan organisasi?

b.    Komunikasi dan Kinerja Organisasi

  1. Bagaimana Para Pemimpin Senior komunikasi dengan, memberdayakan, dan memotivasi semua karyawan diseluruh organisasi? Bagaimana Para Pemimpin Senior mendorong komunikasi dua arah yang frank diseluruh organisasi? Bagaimana Para Pemimpin Senior berperan aktif dalam memberikan hadiah dan penghargaan kepada karyawan untuk memperkuat berkinerja yang tinggi dan usaha-usaha yang fokus pada pelanggan?
  2. Bagaimana Para Pemimpin Senior menciptakan sebuah fokus dan aksi untuk mencapai sasaran organisasi, meningkatkan kinerja, dan mencapai visi? Bagaimana Para Pemimpin Senior memasukkan sebuah fokus yang membalance nilai para pelanggan dan stakeholder didalam harapan kinerja organisasi?

1.2 Tata Kelola dan Tanggung jawab Sosial (50pts)

Menjelaskan bagaimana organisasi anda memperhitungkan tanggungjawabnya terhadap publik, menjamin perilaku etis, dan melaksanakan good citizenship.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

a.     Tata Kelola Organisasi

1)     Bagaimanakah organisasi anda memperhatikan faktor-faktor utama berikut ini dlam sistem tatakelola anda:

  • Akuntabibitas pada tindakan-tindakan menejemenAkuntabilitas fiskal
  • Transparansi operasi dan pemilihan dan keterbukaan kebijakan-kebijakan pada tata kelola anggota board seperlunya.
  •  Independen dalam audit internal dan eksternal
  • Pengamanan terhadap kepentingan pemegang saham dan stakeholder  seperlunya

2)     Bagaimana anda mengevaluasi kinerja dari Para Pemimpin Senior, termasuk pimpinan puncak? Bagaimana anda mengevaluasi kinerja dari para anggota board pengelola seperlunya? Bagaimana Para Pemimpin Senior dan anggota board pengelola menggunakan evaluasi kinerja tersebut untuk memperbaiki efektivitas kepemimpinan masing-masing dan board serta sistem kepemimpinan seperlunya?

b.    Legal dan Perilaku Etis

  1. Bagaimana anda memperhatikan (address) setiap dampak negative dari produk-produk, jasa-jasa, dan operasi anda pada masyarakat? Bagaimana anada mengantisipasi kekuatiran public terhadap produk-produk, jasa-jasa, dan operasi  saat ini dan masa yang akan dating? Bagaimana anda mempersiapkan kekuatiran-kekuatiran ini secara proaktif, termasuk proses menggunakan sumber daya yang berkesinambungan, seperlunya?  Apa saja proses-proses utama pemenuhan (compliance), ukuran-ukuran, dan tujuan (goals) untuk mencapai atau melebihi persyaratan-persyaratan peraturan dan perundang-undangan, seperlunya? Apa saja proses-proses utama, ukuran-ukuran, dan tujuan (goals) anda untuk memperhatikan (addressing) resika yang berkaitan dengan produk-produk, jasa-jasa, dan operasi anda?
  2. Bagaimana organisasi menggalakkan dan menjamin perilaku yang etis pada seluruh interaksi anda? Apa saja proses-proses utama, ukuran-ukuran atau indicator-indikator yang memungkinkan untuk memonitor perilaku yang etis pada struktur tata kelola anda, kepada seluruh organisasi, dan pada interaksi dengan para pelanggan dan para mitra? Bagaimana anda memonitor dan merespon terhadap pelanggaran perilaku yang etis?

c.     Dukungan terhadap Komunitas Utama

Bagaimana organisasi anda secara aktif mendukung komunitas utama anda? Bagaimana organisasi anda mengidentifikasi komunitas utama utama menentukan areas yang menjadi penekanan bagi keterlibatan dan dukungan dari organisasi? Apakah komunitas utama anda? Bagaimana Senior Leader anda berkontribusi guna meningkatkan komunitas tersebut? Bagaimana karyawan anda berkontribusi guna meningkatkan komunitas tersebut?

2.1  Pengembangan Strategi (40 pts)

Menjelaskan bagaimana organisasi anda mentetapkan strategic objectives, termasuk bagaimana meningkatkan competitive position, overall performance, dan keberhasilan di masa yang akan datang.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

a.     Proses Pengembangan Strategi

  1. Bagaimana organisasi anada melaksanakan perencanaan strategisnya? Apa saja langkah-langkah pentingnya? Siapa saja peserta utamanya? Bagaimana proses anada untuk mengidentifikasi potensi ketidak tersambungan (blind spots)? Berapa lama rentang waktu perencanaan jangka pendek dan jangka panjang anda? Bagaimana menentuken rentang waktu tersebut? Bagaimana perencanaan strategis anda memperhitungkan rentang waktu tersebut?
  2. Bagaimana anda menjamin bahwa perencanaan strategis memperhitungkan faktor-faktor dibawah ini? Bagaimana anda mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi yang relevan atas faktor-faktor sebagai bagian dari proses perencanaan strategis anda?
  • Kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, peluang-peluang, dan anacaman-ancaman  organisasi anda
  • Indikasi-indikasi awal dari perubahan teknologi, pasar, persaingan, atau lingkungan regulasi
  • Kesinambungan organisasi jangka panjang dan tetap berjalannya organisasi dalam keadaan darurat.
  • Kemampuan anda dalam mengeksekusi rencana strategis

b.    Sasaran-Sasaran Strategis

  1. Apa saja sasaran-sasaran strategis utama anda dan jadwal pencapaiannya? Apa saja tujuan (goals) yang paling penting anda dari sasaran-sasaran strategis tersebut?
  2. Bagaimana strategic objecive anda memperhitungkan tantangan-tantangan yang telah diidentifikasi dalam jawaban P.2 pada profil organisasi anda? Bagaimana anda menjamin bahwa sasaran-sasaran strategis anda menyeimbangkan tantangan-tantangan dan peluang-peluang jangka pendek dan jangka panjang? Bagaimana anda menjamin sasaran-sasaran strategis anda menyeimbangkan kebutuhan seluruh stakeholder utama?

2.2  Penerapan Strategi (45 pts)

Menjelaskan bagaimana organisasi anda mengubah sasaran-sasaran strategis menjadi rencana-rencana kerja. Meringkas rencana-rencana kerja organisasi anda dan ukuran kinerja utama yang terkait. Memproyeksikan kinerja organisasi anda di masa yang akan datang di atas ukuran-kinerja kinerja atau indikator-indikator utama.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

a.     Pengembangan Rencana Kerja dan Penerapannya

  1. Bagaimana anda membuat menerapkan rencana-rencana kerja guna mencapai sasaran-sasaran strategis utama anda? Bagaimana anda mengalokasikan sumberdaya, guna menjamin pencapaian dari rencana-rencana kerja anda? Bagaimana anda menjamin bahwa perubahan-perubahan utama sebagai akibat dari rencana-rencana kerja tersebut dapat tetap dijalankan.
  2. Bagaimana anda membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana kerja yang dimodifikasi akibat keadaan yang mengharuskan perubahan dalam rencana dan eksekusi yang cepat dari rencana-rencana yang baru?
  3. Apa saja rencana-rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang anda? Perubahan penting apakah jika ada, pada produk dan jasa anda? Perubahan penting apakah jika ada, pada pelanggan danpasar, serta pada bagaimana anda akan beroperasi?
  4. Apa saja perencanaan sumberdaya manusia utama anda yang diturunkan dari sasaran-sasaran strategis dan rencana-rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang anda?
  5. Apa saja ukuran-ukuran kinerja atau indicator-indikator utama guna memantau progress atas rencana-rencana kerja anda? Bagaimana anda menjamin bahwa seluruh sistem pengukuran action plan anda memperkuat alignment organisasi? Bagaimana anda menjamin bahwa sistem pengukuran meliputi seluruh area penerapan utama dan stakeholder?

b.    Proyeksi Kinerja

Untuk ukuran-ukuran kinerja atau indicator-indikator utama yang diidentifikasi pada 2.2a (5), apa saja  proyeksi kinerja anda masing-masing untuk jangka pendek dan jangka panjang pada horizon waktu perencanaan? Bagaimana proyeksi kinerja anda dibandingkan proyeksi kinerja pesaing atau organisasi yang sebanding? Bagaimana proyeksi tersebut dibandingkan dengan pembanding utama, tujuan (goals), dan kinerja sebelumnya, seperlunya? Jika ada saat ini atau perbedaan (gaps) yang diproyeksikan dalam kinerja terhadap pesaing, bagaimana anda akan mempertimbangkannya?

3.1   Pengetahuan Pelanggan dan  Pasar (40pts)

Menjelaskan bagaimana organisasi anda menentukan persyaratan, harapan dan preference dari pelanggan dan pasar untuk menjamin kesinambungan terhadap produk dan jasa anda serta membangun peluang baru.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

a.       Pengetahuan Pelanggan and Pasar

  1. Bagaimana anda mengidentifikasi para pelanggan, atau mentarget pelanggan? Bagaimana anda menentukan atau mentarget pelanggan group? Bagaimana anda menentukan atau mentarget pasar segment? Bagaimana anda memperhitungkan pelanggan dari pesaing anda dalam penentuan tersebut? Bagaimana anda memperhitungkan potential pelanggan (selain dari pesaing anda) dalam penentuan tersebut?
  2. Bagaiman anda mendengarkan dan mempelajari dalam menentukan persyaratan-persyaratan dari pelanggan utama dan perubahan harapan-harapan (termasuk fitur–fitur produk-produk dan jasa-jasa) dan hal penting yang terkait dengan keputusan membeli dari pelanggan? Bagaimana anda menentukan metoda yang berbeda untuk pelanggan-pelanggan dan grup pelangan-pelanggan yang berbeda? Bagaimana anda menggunakan informasi yang relevan dan umpan balik dari pelanggan saat ini dan yang lalu, termasuk: informasi pemasaran dan penjualan, data loyalitas dan retensi pelanggan, analisis menang/kalah, dan data komplin untuk kebutuhan perencanaan pelayanan, pemasaran, proses-proses perbaikan, dan usaha pengembangan lainnya? Bagaimana anda menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan perencanaan product dan jasa? Bagaimana anda menggunakan informasi dan umpan balik tersebut untuk menjadi lebih focus kepada pelanggan dan untuk lebih dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan?
  3. Bagaimana anda menjaga metode mendengarkan dan mempelajari yang ada saat ini sejalan dengan kebutuhan dan arah bisnis, termasuk perubahan-perubahan di lingkungan pasar tersebut?

3.2   Hubungan dan Kepuasan Pelanggan (45 pts)

Jelaskan bagaimana organisasi anda membangun hubungan untuk mendapatkan, memuaskan, dan mempertahankan pelanggan; dan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan; dan untuk mengembangkan peluang baru. Jelaskan juga bagaimana organisasi anda menentukan kepuasan pelanggan.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

a.       Membangun Hubungan dengan Pelanggan

  1. Bagaimana anda membangun hubungan untuk mendapatkan pelanggan, untuk memenuhi dan melebihi harapan pelanggan, untuk meningkatkan loyalitas dan mengulang bisnis, dan untuk mendapatkan referensi yang positif?
  2. Bagaimanakah mekanisme utama memudahkan pelanggan untuk mencari informasi, untuk menjalankan bisnis, dan untuk melakukan komplin? Bagaimana anda menentukan persyaratan-persyaratan hubungan (contact) bagi pelanggan utama untuk masing-masing akses pelanggan? Bagaimana anda menjamin persyaratan kontak tersebut dijalankan kepada setiap orang dan proses yang terlibat dalam rantai respon pada  pelanggan?
  3. Bagaimana anda mengelola complain pelanggan? Bagaimana anda menjamin bahwa complain tersebut telah diatasi dengan effective dan cepat? Bagaimana anda meminimumkan ketidakpuasan pelanggan dan kehilangan pengulangan bisnis? Bagaimana complain yang ada dianalisis dan diuraikan untuk digunakan dalam perbaikan organisasi secara keseluruhan, dan oleh mitra anda?
  4. Bagaimana anda mempertahankan pendekatan anda untuk membangun hubungan dan untuk memberi akses pada pelanggan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan arah bisnis?

b.      Penentuan Kepuasan Pelanggan

  1. Bagaimana anda menentukan kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan? Bagaimana menentukan metoda kepuasan pelanggan untuk pelanggan grup yang berbeda? Bagaimana anda menjamin bahwa pengukuran anda menangkap informasi yang dapat ditindaklanjuti untuk digunakan dalam melampaui harapan pelanggan, mendapatkan bisnis mereka yang akan dating, dan mendapatkan refensi yang positif? Bagaimana anda menggunakan informasai kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan untuk perbaikan?
  2. Bagaimana anda menindaklanjuti dengan pelanggan atas produk, jasa, dan kualitas transaksi untuk mendapatkan umpan balik yang tepat dan dapat ditindaklanjuti?
  3. Bagaimana anda memperoleh dan menggunakan informasi kepuasan pelanggan anda relative terhadap kepuasan pelanggan pesaing dan relative terhadap kepuasan pelanggan dalam benchmark industri anda?
  4. Bagaimana anda mempertahankan pendekatan anda dalam menentukan kepuasan tetap sesuai dengan kebutuhan dan arah bisnis?

4.1 Pengukuran dan Analisis Kinerja Organisasi (45 pts)

Jelaskan bagaimana organisasi anda mengukur, menganalisa, menyelaraskan dan memperbaiki data dan informasi kinerja pada seluruh tingkatan dan diseluruh bagian organisasi anda.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Pengukuran Kinerja

  1. Bagaimana anda memilih, mengumpulkan, menyelaraskan dan mengintegrasikan   data dan informasi untuk menelusuri operasi harian dan untuk menelusuri kinerja organisasi menyeluruh, termasuk progres sasaran-sasaran strategis dan rencana-rencana kerja? Apa saja ukuran-ukuran kinerja utama organisasi anda? Bagaimana anda menggunakan data dan informasi ini mendukung pengambilan keputusan organisasi dan inovasi?
  2. Bagaimana anda memilih dan memastikan secara efektif data dan informasi pembanding utama untuk mendukung operasional dan pengambilan keputusan strategis dan inovasi?
  3. Bagaimana anda mengusahakan system pengukuran kinerja anda sesuai dengan kebutuhan dan arah bisnis? Bagaimana anda memastikan system pengukuran kinerja anda sensitive terhadap perubahan organisasi maupun luar yang cepat dan tak terduga?

b. Analisa dan Kajian Kinerja

  1. Bagaimana anda menganalisa kinerja dan kemampuan organisasi? Bagaimana Para Pemimpin Senior berperan pada kajian tersebut? Analisa apa yang anda lakukan untuk mendukung kajian-kajian kinerja ini dan untuk menjamin bahwa kesimpulan-kesimpulannya adalah valid? Bagaimana anda menggunakan hasil kajian ini untuk mengasses kesuksesan organisasi, kinerja kempetitif, dan progres relatif terhadap sasaran-sasaran strategis dan rencana-rencana kerja? Bagaimana anda menggunakan hasil kajian ini untuk mengasses kemampuan organisasi anda merespon secara  cepat perubahan kebutuhan-kebutuhan organisasi dan tantangan-tantangan yang ada pada lingkungan operasi anda?
  2. Bagaimana anda menterjemahkan temuan kajian kinerja organisasi menjadi prioritas untuk perbaikan yang luar biasa (breaktrough) dan terus menerus untuk peluang-peluang inovasi? Bagaimana peluang-peluang dan prioritas-prioritas ini diterapkan kepada kelompok kerja dan tingkat oerasional fungsi diseluruh organisasi untuk memampukan dukungan yang efektif pada pengambilan keputusan mereka? Bila memungkinkan, bagaimana prioritas-prioritas dan peluang-peluang itu diterapkan terhadap pemasok-pemasok dan para mitra untuk memastikan keselarasan organisasi?

4.2 Informasi dan Pengelolaan Pengetahuan (45 pts)

Jelaskan bagaimana organisasi anda menjamin kualtias dan ketersediaan data dan informasi yang diperlukan untuk karyawan, supplier dan partner dan pelanggan. Jelaskan bagaimana organisasi anda membangun dan mengelola asset pengetahuan.

Dalam respon anda sertakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Ketersediaan Data dan Informasi

  1. Bagaimana anda menjadikan data dan informasi yang diperlukan tersedia? Bagaimana anda menjadikan data dan informasi dapat diakses oleh karyawan, pemasok dan mitra dan pelanggan, seperlunya?
  2. Bagaimana anda menjamin  perangkat keras dan perangkat lunak adalah handal, aman dan mudah digunakan?
  3. Bagaimana anda menjamin ketersediaan data dan informasi secara terus menerus, termasuk ketersediaan sistem perangkat keras dan perangkat lunak, dalam kondisi darurat?
  4. Bagaimana Anda menjaga agar mekanisme ketersediaan data dan informasi, termasuk sistem perangkat keras dan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan dan arah   bisnis dan perubahan-perubahan teknologi dalam lingkungan operasi anda?

b. Pengelolaan Pengetahuan Organisasi

Bagaimana anda mengelola pengetahuan organisasi untuk mencapai yang berikut ini:

  • Pengumpulan dan pemindahan pengetuhuan karyawan
  • Pemindahan pengetahuan yang relevan dari dan kepada para pelanggan, pemasok, dan mitra.
  • Pengidentifikasian yang cepat, penyebaran, dan implementasi rujukan terbaik (best practices

c. Data, Informasi, dan Kualitas Pengetahuan

Bagaimana Anda memastikan sifat data informasi dan pengetahuan organisasi berikut ini:

  •  Ketepatan
  • Integritas dan handal
  • Sesuai waktu
  •  Keamanan dan kerahasiaannya

PEMBERLAKUAN SPP TUNGGAL DIPERGURUAN TINGGI, ETISKAH?


Siang ini ada sosialisasi sistem SPP tunggal  di UNJ untuk mahasiswa program pasca dan sebenarnya tampaknya pemerintah akan melakukan pemetaan pembiayaan perguruan tinggi. Dengan adanya SPP tunggal maka besaran pembiayaan rill mahasiswa di setiap daerah dapat lebih jelas terlihat. 

Untuk perguran tinggi wacana penerapan SPP tunggal ini berawal dari rencana Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat biaya pendidikan tinggi di Tanah Air seperti di luar negeri, yakni hanya berupa tuition fee. wacana baru ini kemudian dibahas dalam  Rapat Rektor PTN se-Indonesiatanggal 20 Januari 2012 . Pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia kali ini menggulirkan ide penerapan SPP tunggal dan credit earning di PTN se-Indonesia
Lahirnya kebijakan baru ini memungkinkan pemerintah untuk mengatur besaran minimum dan maksimum dari SPP di perguruan tinggi mengingat ketimpangan besaran SPP antarperguruan tinggi sangat besar. Dengan SPP tunggal,  berharap kampus menghitung semua pengeluaran universitas. Kemudian dari hitung-hitungan itu dipisah lagi antara kewajiban pemerintah dengan kewajiban masyarakat atau mahasiswa. Setelah terdata berapa besar tanggungan mahasiswa, baru dilakukan pembagian ke seluruh mahasiswa yang ada di kampus tersebut.
Yang dimaksudkan dengan pembayaran SPP tunggal  adalah SPP yang dibayarkan mahasiswa cukup membayar SPP satu kali dalam satu semester atau satu tahun. Setelah itu tidak ada lagi pungutan atau biaya-biaya lain yang dibebankan kepada mahasiswa. SPP tunggal diterapkan dengan merata-rata pengeluaran mahasiswa untuk komponen biaya pendidikan seperti SPP, biaya praktikum, biaya pengembangan gedung, dan sebagainya. Kemudian dihitung juga berapa kemampuan membayar tiap mahasiswa, termasuk kemampuan per daerah. Di luar rata-rata itu, kelebihannya akan disubsidi oleh Ditjen Dikti,
Selama ini, dalam satu semester mahasiswa banyak membayar biaya pendidikan di luar SPP. Seperti biaya praktikum, biaya laboratorium komputer, dan lainnya sehingga jadi tidak jelas berapa besaran SPP sebenarnya
Paradok 
Fakta yang melatarbelakangi gagasan SPP tunggal adalah kondisi aktual bahwa mahasiswa banyak sekali mengeluarkan uang. Selain uang rutin SPP, ada berbagai pungutan lain seperti uang buku, uang laboratorium, uang perpusatakaan, uang ujian, uang tabungan bimbingan skripsi, biaya wisuda dan KKN dan lain-lain. Dengan SPP tunggal, unit cost mahasiswa sudah dihitung, jadi tidak ada lagi pembayaran lain di luar SPP tunggal. Sekilas, SPP tunggal yang rencananya akan diterapkan tahun 2013 ini solutif, namun realitanya mengandung paradoks bahkan ironi di dalamnya. Bayangkan saja, kebutuhan di setiap unit kampus berbeda, fasilitas yang tersedia pun berbeda. Artinya, sistem SPP tunggal akan mengantarkan setiap PTN, bahkan fakultas, jurusan dan program studi untuk memiliki hitungan unit cost mahasiswa yang tentunya berbeda. Skema pembiayaan pun semakin banyak. Akan ada PTN, fakultas, bahkan jurusan dan program studi dengan SPP tunggal yang tinggi dan menjadi elitis, dan akan ada yang terkesan ‘murahan’. Sebutlah Fakultas Kedokteran dengan berbagai biaya prakteknya, SPP tunggalnya akan sangat tinggi dan sulit diakses mahasiswa miskin. Sementara bisa jadi ada jurusan di ilmu sosial humaniora misalnya yang SPP tunggalnya terjangkau menjadi incaran calon mahasiswa kelas menengah ke bawah. SPP tunggal PTN di pusat kota akan ‘menggila’ sementara PTN di wilayah marginal semakin termarginalkan..
Permasalahan utama pembiayaan di PTN yang dirasakan mahasiswa adalah tingginya biaya kuliah sehingga angka partisipasi pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah, sementara SPP tunggal sama sekali tidak menjamin akan membuat biaya kuliah menjadi terjangkau. Ketika SPP tunggal dianggap menjadi solusi pembiayaan pendidikan di PTN padahal tidak menjamin keterjangkauan biaya kuliah, disinilah paradoks terjadi. Lihat saja implementasi BOP-B di UI, alih-alih bertindak adil dengan memberikan SPP secara proporsional, yang terjadi adalah menzhalimi calon mahasiswa baru dari kalangan tidak mampu dengan sistem pembiayaan yang memberatkan mereka. Skema pembiayaan yang terkesan berpihak pada mahasiswa, ironisnya, justru membebani mahasiswa.
Fakta yang melatarbelakangi gagasan credit earning adalah kualitas unit pendidikan yang tidak merata, sehingga perlu diberi kesempatan mahasiswa dapat mengambil kuliah lintas PTN untuk mempertajam kompetensinya. Atau lebih jauh lagi, untuk menjadikan mahasiswa di PTN memiliki pengetahuan yang sempurna dan berhubungan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sistem ini memungkinkan mahasiswa dari sebuah PTN mengambil kredit mata kuliah tertentu di PTN lainnya tanpa harus membayar di kampus penerima. Selain itu, kredit yang diambil tersebut juga akan diakui kampus asal sebagai mata kuliah pilihan.
Ironisnya, ada beberapa realita yang menjadi tantangan dalam penerapannya. Sinergitas antar PTN misalnya. Lihat saja konflik kepentingan yang mewarnai penyelenggaraan SPMB dan UMPTN beberapa tahun lalu sehingga melahirkan yang disebut SNMPTN sekarang. Bukan tidak mungkin pihak PTN akan menghitung untung rugi, baik secara materi maupun non materi, jika credit earning jadi diterapkan. Dan jangan pula dilupakan bahwa arogansi almamater, terutama di PTN ternama di Indonesia, masih sedemikian kental. Belum lagi bicara tentang kepentingan kampus yang beragam. Perlu diingat bahwa antar PTN tidak selamanya mitra, tetapi juga kompetitor. Paradoks kepentingan. Kurikulum juga belum mendukung dan mungkin mahasiswa juga tidak seantusias yang dibayangkan. Saat ini bukan zamannya mahasiswa memperbanyak SKS yang diambilnya untuk memperdalam keilmuannya. Mungkin sangat sulit dicari mahasiswa sekarang yang mengambil SKS di atas 200 hanya untuk menyempurnakan wawasannya, seperti salah seorang asisten dosen yang pernah mengajar penulis ketika masih di kampus.
 Ironis memang, realitanya mahasiswa cenderung mengejar kelulusan daripada kompetensinya. Apalagi beban akademis dan biaya kuliah semakin berat. Toh jika credit earning jadi diterapkan, hanya segelintir mahasiswa yang dapat merasakan manfaatnya, terutama mahasiswa yang memiliki kelebihan finansial. Ketika sistem Credit Earning dipercaya dapat mempertajam kompetensi mahasiswa PTN yang saat ini lebih banyak berorientasi untuk lulus cepat, disinilah paradoks terjadi
Kebenaran mungkin memang relatif, karenanya berbagai paradoks dan ironi di dunia pendidikan bermunculan seiring dengan lahirnya gagasan-gagasan baru yang memperkaya wacana. Sayangnya, ide-ide tersebut tidak serta merta sejalan dengan optimalisasi upaya pemecahan masalah utama. Tulisan ini tentunya tidak hendak membatasi inovasi dan niat baik untuk berbenah yang merupakan suatu keharusan. Namun pihak pemangku kebijakan sudah seharusnya bijak dalam pemilihan prioritas kebijakan. Jangan sampai terlalu kaya wacana kemudian hilang fokus dan tidak ada perbaikan yang berhasil dilakukan.
Entah kemana ujung pembahasan tentang RUU Perguruan Tinggi, bagaimana pula nasib pengembangan riset dan kewirausahaan mahasiswa yang wacananya sempat mengemuka, atau bagaimana upaya yang telah dilakukan untuk memastikan 20% mahasiswa PTN berasal dari keluarga kurang mampu. Jangan-jangan sepanjang tahun ini masih ramai media menyoroti tentang aksi kekerasan, tawuran, sex bebas, narkoba dan berbagai aksi konyol dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Atau jangan-jangan tahun ajaran baru nanti kita akan kembali disuguhi berita tentang calon mahasiswa miskin dan cerdas yang tidak bisa kuliah di PTN karena tidak mampu membayar SPP.
Ironis sekali jika sampai ada mahasiswa miskin yang terancam tak bisa membayar biaya kuliah di tengah kemewahan gaya hidup mahasiswa masa kini. Pekerjaan Rumah dunia kampus masih sangat banyak. Kampus memang merupakan tempat bersemainya ide dan wacana, namun jangan sampai hanya sebatas gagasan tanpa realisasi perbaikan. Jangan sampai perbaikan hanya sebatas angan.
Kekhawatiran PT
konsekuensinya adalah pada arus kas universitas. Dia mengilustrasikan, sumbangan pembangunan gedung yang biasanya dibayar dalam dua kali angsuran, melalui sistem SPP tunggal akan dibayarkan hingga delapan kali, sesuai beban semester yang wajib ditempuh mahasiswa. Jika pemerintah telah memberlakukan uang kuliah tunggal, pemerintah akan menanggung biaya-biaya operasional non-investasi antara lain seperti praktikum.
Jumlah biaya operasional setiap program studi dan PTN berbeda sehingga perhitungan uang kuliah tunggalnya pun akan berbeda-beda. Intinya, dengan uang kuliah tunggal mahasiswa hanya perlu bayar satu kali tanpa tambahan bayar ini itu..kemungkinan adanya perguruan tinggi yang akan kekurangan biaya operasional apabila tidak menaikkan uang SPP. Namun, hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena pemerintah sudah berjanji akan membantu dengan sistem Insentifnya adalah menambah dana subsidi, sedangkan disintensifnya mengurangi subsidi, terutama bagi kampus-kampus ternama dan banyak peminatnya. (dari berbagai sumber)