Konselling & Psikoterapi


 

By : Prof.Dr. Singgih D. Gunarsa

  1. PENDAHULUAN

Konseling sebagai profesi kenyataannya berkembang luas di Amerika,lebih dari pada negara-negara lain di dunia. Lingkungan hidup dengan corak kehidupan masyarakatnya, memungkinkan kegiatan konseling mendapat tempat yang baik. Meskipun tidak tercatat kapan dimulainya kegiatan seperti ini, namun sejarah mencatat nama Jesse B. Davis. Kegiatannya yang bermula dari masalah-masalah pendidikan dan kesesuaian  dengan  pekerjaan atau jabatan yang akan diambil berkembang menjadi masalah-masalah yang berhubungan dengan bimbingan dan pembinaan moral.  Kemudian berkembang menjadi bimbingan pribadi yang berhubungan dengan segi karakterologis dan keprobadian seseorang.

Dalam melakukan bimbingan dan penasihatan pada waktu itu didukung oleh berkembangnya alat-alat pendukung kegiatan ini. Alat-alat pendukung ini mendapat perhatian khusus dari pemeritah. Kegiatan konseling pada hakkatnya banyak dilakukan dimana-man baik secara resmi maupun tidak resmi seperti rasa ingin membantu seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin melepas kan diri dari hubungannya dengan manusia lain. Manjadikan selau adanya hubungan timbal balik.

  •  ILMU LAIN YANG MENDASARI KONSELING

Dilihat dari sudut ini, hakikat dan falsafah tujuna konseling adalah membantu seseorang agar mencapai prestasi, hasil dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal.dalam kenyataannya tidak mungkin menghindari bahwa dalam proses konseling yang antara lain bertujuan mengubah sistem nilai yang ada pada klien, namun dasarnya harus tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yanng dimiliki klien. Inilah dasar munculnya konsep mengenai individualism, konsep yang mengakui adanya keunikan yang dimiliki setiap individu dan yang memiliki hak untuk mementukan perkembangan dan perubahan sesuai denga kondisi khusus pribadinya.Tiga kelompok sistem falsafah yang mendasari konseling :

  1. Esensialism
  2. Progresivism
  3. Eksistensialism

Tinjauan dari sudut sosiologi dan budaya. Kegiatan konseling yang menghadapi berbagai corak pribadi dengan gambaran kepribadiannya, harus mempertimbangan kan pengaruh proses-proses sosialisasi yang dialami dan berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertemtu. Tidak hanya berlaku faktor tunggal melaikan faktor majemuk yang ada dalam unit sosial yang memberikan corak tertentu dalam organisasi, struktur maupun kontrol sosial terhadap pribadi maupun kelompok yang ada didalamnya.

  • PENGERTIAN, PERUMUSAN DAN TUJUAN KONSELING

Dilihat dari sejarahnya, konseling berkaitan erat dengan pemberian nasihat . suatu keinginan untuk membantu orang lain dengan memberikan nasihat, namun pada kenyataannya tidak sesederhana itu.

Menurut Rogers : suatu hubungan yang bebas dan berstruktur yang membiarkan klien memperoleh pengertian sendiri yag membimbingnya untuk menentukan langkah-;angkah positif ke arah orientasi baru.

Konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara perseorangan, meskipun kadang kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal ini dirancangkan untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar tujuan yang ditentukan sendiri melalui sesuatu yang bermakna, penilaian yang jelas dan melalui perumusan persoalan tentang emosi dan hubungan interpersonal yang sebenarnya.

Tujuan konseling  :

  1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan prilaku
  2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
  3. Meningkatkan kemapuan dalam menentukan keputusan
  4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
  5.  Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien
  •  Karakteristik Konseling
  1. Konseling sebagail kegiatan bantuan
  2. Bantuan non profesional
  3. Bantuan sesaat
  4. Bantuan yang mendasarkan pada belas kasihan dan kasih sayang
  5. Bantuan materi
  6. Bantuan tenaga
  7. Bantuan moril
  8. Bantuan nasihat
  9. Bantuan profesional

Bantuan ini diberikan karena seseorang merasakan dan dalam kenyataannya memang membutuhkan bantuan dari orang lain, karena tidak bisa atau tidak berdaya mengatasinya sendiri. Menurut Shertzer dan Stone (1974) mengemukakan bahwa konseling adalah usaha melalui hubungan denga orang lain, mengambil bagian dalam menyediakn fasilitas atau jalan yang positif untuk kemajuannya. Lima hal pada konseling sebgai bantuan profesional

  1. Memakai dasar bahwa perilaku ada sebabnya dan bisa dimodifikasi
  2. Mengambil bagian dari tujuan bantuan agar membantu klien menjadi lebih efektif dan psikis terintegrasi dengan baik
  3. Mempergunakan hubungan dalam rangka bantuan sebagai alat permulaan untuk memberikan bantuan
  4. Menitik beratkan pentingnya pencegahan
  5. Telah memperoleh latihan dan pengalaman profesional
  • Konseling sebagai perubahan perilaku

    Bagi seseorang yang karena sesuatu sedang menghadapi masalah atau ia sedang terhambat sebagian dari kepribadiaannya, mendorongnya untuk mengikuti penanganan dari ahli kompeten dengan teknik konseling. Perubahan diharapkan terjadi pada konstelasi kepribadiaanya secara menyeluruh. Melakukan perubahan memerlukan pengetahuan khusus yang kaitannya luas sekali, antara lain pengetahuan mengenai dasar dan proses pendidikan dan pengembangan.

  • Pengaruh kondisi lingkungan hidup klien

    Banyak masalah yang timbul karena ada sumbernya yang mempengaruhi yang terdapat pada lingkungan hidup seseorang. Melalui perubahan lingkungan hidup kearah lingkungan hidup yang diharapkan bisa berfungsi positif, sebagian dari kepribadian sebagian dari kepribadian seseorang juga diharapkan bisa berubah.

  • Pembatasan pada klien dalam konseling

    Konseling diberikan seseorang yang memerlukan bantuan karena klien sedang menghadapi sesuatu persoalan. Terciptanya hubungan antara konselor dengan klien yang kadang-kadang bisa berlangsung lama, mudah tercipta keinginan pada klien unutk terus menerus bergantung pada konselor atau terapisnya. Padahal justru harus terjadi sebaliknya, yakni pada akhirnya klien harus menemukan sesuatu ataumengembangkan dirinya agar mampu berdiri sendiri. Memahami batas-batas mana yang boleh dilakukan atau yang tidak perlu dilakukan adalah sesuatu yang diharapkan dan terbentuk sedikit demi sedikit melalui kualitas dan kuantitas hubungan yang direncanakan konselor.

  • Wawancara dalam konseling

    Melakukan wawancara mebutuhkan keterampilan tersendiri dan tentunya juga pegalaman prktis disamping menyukai profesinya.

Lima tahapan struktur wawancara :

  • Rapport
  • Pengumpulan data
  • Menentukan hasil sesuai dengan arah kemana klien inginkan
  • Mengemukakan macam-macam alternatif penyelesaian masalah
  • Generalisasi den pengalihan proses belajar
  • Konselor Dalam Konseling Sebagai Pendengar

    aktifitas sebagai pendengar dalam konseling tergantung dari teknik apa yang dipakai. Konselor sebagai pendengar yang baik sering harus memakai seni tersendiri untuk mempu mendengarkan, sehingga muncul suatu istilah “ the art of listening”. Betapa pentingnya kemampuan bertindak sebagai pendengar yag baik dalam proses konseling. Selama konselor mendengarkan klien, selama itu konselor bisa melakukan penilaian, melakukan pengamatan terhadap perilaku dan perubahannya.

  • Konselor Memahami Klien

    memahami klien diartikan mengerti secara lebih baik, lebih terperinci mengenai keadaan klien dan latar belakangnya. Dalam pendekatan dengan teknik psikodinamik , dibutuhkan keterangan yang cukup lengkap dari klien agar konselor memahami lebih dalam mengenai”mengapa”nya sesuatugejala muncul atau persoalan yang tidak bisa diatasi.

  • Kerahasiaan Dakam Konseling

    Masalah seseorang adalah masalah yang sangat pribadi, masalah yang kadanga-kadang sulit untuk diungkapkan. Karena itu konseling menangani masalah pada diri seseorang, jadi bersifat pribadi, rahasia san tidak ingin dikatahui orang lain selain konselor yang dipercaya akan bisa membantu. Kegiatan konseling yang pada dasarnya bersifat pribadi dan berhubungan langsung denga kliennya dengan segala macam persoalan dan nilai-nilai yangdianutnya serta harga diri dan martabatnya yang menghendaki perlakuan sesuai dengan norma yang ada, karena itu diatur dengan kode etik sebagai pegangan untuk melakukan kegiatan ini.

  • Komunikasi Nonverbal Dalam Konseling

Dalam kegiatan konseling, konselor berhadapan dan bertatap muka dengan klien secara langsung dan kegiatan selanjutnya tergantung bagaimana corak dan komunikasi tercipta. Ada komunikasi dalam bentuk lain yaitu, komunikasu non verbal yang memegang peran penting dalam melakukan kegiatan konseling. Pada mulamya disangka bahwa konseling hanya terjadi komunikasi verbal, tetapi dengan dipakainya film atau viseo untuk latihan wawancara, ternyata komunikasi nonverbal menjadi dasar penting dalam setiap kali melakukan wawancara maupun konseling. Kategori dalam komunkasi non verbal :

  1. perilaku komunikasi non verbal dengan menggunakan waktu
  2. perilaku komunikasi nonverbal dengan menggunakan badan
  3. perilaku komunikasi nonverbal dengan menggunakan nada suara
  4. perilaku komunikasi non verbal dengan mempergunakan lingkungan
  1. Konselor Sebagai Pribadi

Di dalam kegiatan konseling, seseorang konselor berhadapan dengan orang lain dalam hal ini berststus klien, dua pribadi yag saling bertatap muka, maka terjadi interaksi yang melibatkan faktor-faktor kognitif maupun afektif.  Yang seseorang ingin memberikan sesuatu dan seseorang yang ingin memperoleh sesuatu. Dalam memberikan ataupun menerima, keduanya sangat besar dipengaruhi oleh konstelasi kepribadiannya masing-masing. Mengenai pentingnya menyenangi orang lain agar tujuan membantu orang lain berhasil dengan baik dan efektif. Ciri-ciri konselor yang lefektif dan mengemukakannya sebgai berikut :

  1. Konselor yang efektif membukakan diri dan menerima pengalaman pribadi
  2. Konselor yang efektif menyadari akan nilai dan pendapatnya sendiri
  3. Konselor yang efektif bisa membina hubungan hangat dan mendalam dengan orang lain
  4. Konselor yang efektif bisa membiarkan diri sendiri dilihat orang lain sebagaiman adanya
  5. Konselor yang efektif menerima tanggung jawab pribadi daripribadinya sendiri
  6. Konselor yang efektif mengembangkan tingkatan aspirasi yang realistic
  1. Empati

Untuk memahami empati bisa diperoleh dari beberapa pendekatan atau dalam perannnya dalam hubungan antar pribadi., disamping perannya dalam kegiatan untuk mempengaruhi dan mengubah orang lain melalui konseling atau psikoterapi yang sifatnya banyak berorientasi pada klinis. Bagi para konselor atau psokologklinis yang banyak terpengaruh oleh pandangan falsafah mengenai manusia, kamanusiaan dan hakikat-hakikatnya, akan bersikap berhati-hati dan ragu-ragu mempergunakan terminologi empati. Ada 2 tipe empati :empati primer dan empati lanjutan

  • KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Psikoterapi dirumuskan sebgai sesuatu bentuk perawatan terhadap masalah yang timbul yang asalnya dari faktor emosi pada mana seseorang yang terlatih dengan terencana mengadakan hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, memgubah sesuatu simtom dan mencegah agar simtom tidak muncul pada seseorang yang terganggu pada pola prilakunya, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara lebih positif. Ciri psikoanalisis    :

  1. Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama
  2. Melibatkan seorang yang terlatih
  3. Adanya ketidakpuasan pada diri klien tentang sesuatu yang emosional atau penyesuaian diri
  4. Pemakaian metode psikologi
  5. Aktivitas yang mendasarkan pada teori tentang kelainan mental
  6. Melalui hubungan yang dilakukan, bertujuan memperbaiki ketidak puasannya terhadap diri sendiri.

Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian. Sedangkan konseling merupakan proses yang lebih intensif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif. Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti “ educational, vocational, supportive, situational, problem solving, consciuos awareness,nornal, present-time and short term”

Psikoterapi ditandai dengan “supportive,reconstructive, depth emphasis, enalytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problem and long term”

  • PELAKSANAAN KONSELING
  • Tempat konseling.

Pada kenyataannya tempat dengan kondisi tertentu anakan mempengaruhi suasana tertentu pula dan lebih lanjut suasana akan mempengaruhi kehidupan dan fungsi personalitas psikis seseorang, termasuk pada konselor dan kliennya.

  • Proses konseling.
  • Penentuan tujuan konseling
  • Perumusan konseling
  • Pemahaman kebutuhan klien
  • Penjajagan berbagai alternatif
  • Perencaan suatu tindakan
  • Penghentian masa konseling
  • TEKNIK KONSELING

Macam-macam teknik konseling bermunculan, seiring dengan perkembangan daalm ilmu pengetahuan dan terknologi yang selalu berubah untuk mencari dan memperoleh sesuatu yang baru.dari sejumlahl teknik konseling, didahului oleh tiga teknil konseling secara umum

  1. Pendekatan langsung

     Merupakan pendekatan terpusat pada konselor untuk menunjukan bahwa dalam interaksi ini, konselor lebih bnayak berperan untuk menentukan sesuatu. Pada dasarnya dari konseling yang berpusat pada konselor ialah bahwa pada hakikatnya seseorang harus membuat banyak dan bermacam-macam keputusan yang sering kali membutukan kecakapan dan keterampilan yang harus dimiliki atau cukup dialami, namun ia tidak memiliki kesempatan untuk mengalaminya. Pendekatan dengan teknik langsung yang khusus dipergunakan dalam teknik psikoterapi, juga sudah dikemukakan beberapa puluh tahun yang lalu.  Dalam mempergunakan teknik ini perlu memperhatikan adanya rentanga tingakatan dari yang sepenuhnya terpusat pada terapis sampai disis lain yang terpusat pada pasien.

  • Pendekatan tidak langsung

Sejak psikologis muncul sebagai ilmu yang otonom, sejajar dengan ilmu-ilmu lain yang diawali oleh berdiriya laboratorium psikologi. Salah satu revolusi dalam dunia psikologi, khususnya dalam bidang psikologi klinis, konseling dan psikoterapi adalah pendekatan tidak langsung.

  • Pendekatan eklektik

Eklektik adalah terminologi dalam konseling tau psikoterapi yang memilih teori yang baik atau berguna dari macam-macam teori, metode dan pengalaman-pengalaman praktik, untuk digunakan bersama-sama dalam memahami klien. Munculnya pendekatan eklektik karena beberapa aslasan anatara lain lemahnya penggunaan metode tunggal, yang kenyataannya tidak mudah untuk diterapkan kepada semua orang. Padahal, kehidupan dan keberadaannya, bahkan persoalan pada setiap ornag berbeda-beda. Kemudian adanya kenyataan bahwa tidak mungkin diharapkan para konselor sama terampil dan berpengalamannya pada semua metode pendekatan yang dikuasai, apalagi para konselir tidak mungkin terhindar dari minat, kesukaan dan gaya yang disenangi, yang mau tidak mau akan terpengaruh besar sekali oleh suatu teori atau pendekatan yang paling dikuasai.  

  • PANDANGAN UMUM MENGENAI PSIKOTERAPI
  • Sejarah perkembangan psikoterapi

     Pada awal abad ke 19 muncul latihan penguasaan diri sebagai teknik perubahan perilaku, jadi sebagai teknik psikoterapi. Suatu teknik yang juga dipakai sebagai dasar untuk merawat penderita penyakit “ mania”  Benjamin Rush yang juga sebagai pelopor perubahan pendekatan dengan dasar kemanusiaan dalam menghadapi penderita sakit jiwa. Dipelopori dengan pendekatan kemanusiaan inilah muncul teknik hipnosis dan sugesti. Pada abad ke 19 teknik ini diperbaharui dan orientasinya menjadi lebih jelas, yakni gangguan kejiwaan antara lain dilatarbelakangi oleh faktor psikologis.

  • Pandangan tentang manusia sebagai paham dasar pada psikoterapi

    Psikoterapi bertitik tolak dari suatu paham bahwa manusia pada hakikatnya bisa dan mungkin untuk dipengaruhi dan diubah melalui intervensi psikologi yang dilakukan dan direncanakan oleh ornag lain. Kelompok psikoanalaisis memandang manusia sebagai homo volens dengan berbagai dorongan dan keinginan.Kelompok eksistensialism-humanism yang memandang manusia sebagai homo ludens sebagai pelaku aktif dan punya kemampuan yang perlu digali.Kelompok behaviorism memandang manusia sebagai homo mechanicus Kelompok kognitif yang memandang manusia sebagai makhluk yang berfikir.

  • Pengertian perumusan dan tujuan psikoterapi

    Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat ssecara estimologis mempunyai arti yang sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu mind atau sederhananya jiwa dan “ therapy” yang berarti merawat. Dengan demikian perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi disadari

Tujuan psikoterapi dengan pendekatan rogerian, terpusat pada pribadi adalah untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajardan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau ideal.

  1.  PENDEKATAN PSIKO ANALITIK
  1. Sigmund Freud (1856-1939)

    Sigmund freud dilahirkan pada tanggal 6 mei 1856 di Freiberg dan meninggsl pada 23 september 1939 di London. Pada umur 17 tahun lulus dam dan kemudan melanjutkan study di fakultas kedokteran di universitas Wina. Pada tahun 1884, bekerja di bagian berhubungann dengan kelainan kejiwaan kemudain merangkap menjadi dosen dalam bidang penyakit syaraf. Pada tahun 1885, mendapat beasiswa untuk mempelajari mengenai hipnosis. Pada 1896, muncul istilah psikoanalisis yang mendasar pada pernyataan bahwa dengan psikoanalisis dilakukan “upaya untuk mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis.”Dalam melakukan kegiatan psikoanalisis, freud tidak melakukan teknik hipnosis dan menggunakan teknik asosiasi bebas, dengan alasan beberapa pasiennya tidak bisa disembuhkan dengan teknik hipnotis.Karya sigmund freud:

  • Studies On Hysteria
  • The Psychopathology Of Dream
  • Three Essays On The Theory Of Sexuality
  • On Narcissism
  • Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari pertemuan-pertemuan Freud dan yang menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.

Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya denga ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil.

  • PENDEKATAN AFEKTIF

Pendekatan afektif adalah pendekatan untuk melakukan perubahan terhadap cara pasien merasakan diri sendiri. Kehidupan perasaan menjdari pusat perhatian pada pendekatan ini. Sebgaimana diketahui, perubahan perilaku yang dikehendaki pada suatu terapi bisa dilakukan dengan pendekatan melalui 3 kelompok pendekatan, yakni : sfektif, behafioristik dan kognitif. Pendekatan afektif banyak dipengaruhi oleh pendekatan eksistensialistik-humanistik, sehingga kelompok pendekatan ini juga sering disebut sebgai kelompok atau gerakan yang menitik beratkan kemanusiaan dan hakikat kemampuannyayang diliki seseorang yang perlu berkembang dengan dikembangkan.

            Penemu dan pendirinya adalah Friedrich solomon perls, dengan teorinya yaitu terapi Gesalt. Perls memandang manusia dalam keterlibatannya untuk mencapai keseimbangan, bilamana kehiduoannya tertanggu oleh kebutuhan-kebutuhan dari dunia dalam dan tuntutan-tuntutan dari dunia luar. Tujuan terapi gesalt adalah agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupannya, kemudian untuk membantu pasien mencapaian penyadaran pada setiap saat penyadaran-penyadarannya.

  • PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Pendekatan behavioristik atau terapi perilaku adalah salah satu dari beberwapa revolusi dalam dunia psikologi, khususnya psikoterapi. Munculnya aliran ini berasal dari orientasi pemikiran filasafat dari zaman dahulu. Menurut franks ada tiga hal yang sangat berpengaruh terhadap munculnya terpi perilaku :

  1. Hasil penelitian dan tulisan dali I.P. Pavlov mengenai percobaan-percobaan dan hasilnya yang telah dilakukan dengan mempergunakan hewan percobaan yang sekarang dikenla dengan kondisioning-klasik.
  2. Hasil penelitian dan tulisan E.L Thorndike mengenai hasil proses belajar dengan hadiah yang menghasilkan efek dan yang dikenal dengan kondisioning aktif dan perilaku instrumental
  3. Hasil penelitian dan tulisan dari J.B Watson dengan rekan-rekannya. Dikenal dengan percobaan klasik mengenai kondisioning operan.
  • PENDEKATAN KOGNITIF

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur , aktif direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan kepribadian, misalnya, ansietas atau depresi. Terapi behavioristik ini berdasarkan pada tiga dasar pokok yaitu:

  1. Aktifitas kognitif mempengaruhi perilaku
  2. Aktifitas kognitif dapat dipantau dan diubah
  3. Aperubahan perilaku yang dikehendaki dapat dilakukan melalui perubahan kognitif
  •  PSIKOTERAPI JANGKA PENDEK

Dalam usaha menguraikan psikoterapi jangka pendek atau psikoterapi singkat bermula dari reaksi terhadap psikoanalisis. Sejak awalnya psikoanalisis sebernarnya dilakukan secara waktu pendek.

Karakteristik :

  1. Penggunaan waktu
  2. Tujuan dibatasi
  3. Mempertahankan perhatian terhadap intinya
  4. Terapis bertindak aktif
  5. Penilaian dilakukan singkat dan cepat
  6. Penggunaan pendekatan eklektik
  7. Pasien yang cocok

Pelaksanaan

  1. Mendengarkan
  2. Refleksi
  3. Saran
  4. Penjelasan dan penilaian
  5. Memberikan keterangan
  6. Konfrontasi
  7. Memupuk keyakinan
  8. Tugas
  9. Model dan bermain peran
  10. Mengajukan pertanyaan
  11. Membuka diri
  • KESIMPULAN  

Buku yang di tulis oleh bapak prof singgih ini di pergunakan untuk perkuliahan jurusan psikologi pada tahun 2010, untuk penggunaan buku ini sendiri dalam pembelajaran isinya cukup lengkap. Cara untuk menjelaskan pengertian secara detail dan mudah dipahami. Kertas yang digunakan dan warnanya cukup nyaman dimata pembaca. kekurang buku ini menurut saya pribadi terletak di pembagian materinya. Jarak spasi yang terlalu dekat dan penulisan poin-poin yang tidak terlalu jelas, sehingga membuat agak kesulitan untuk membacanya. Ukuran tulisannya juga terlalu kecil, untuk pembaca yang memiliki kekurang pada matanya, agak sulit untuk membacanya.

Sumber :

Prof.Dr.Singgih D. Gunarsa,  Konseling dan Psikoterapi, PT. BPK Gunung Mulia,  Jakarta, Cet 4. Ttahun 2001

Tinggalkan komentar